Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Senjata Baru Menyandera Lawan Politik

16 Oktober 2024   16:48 Diperbarui: 16 Oktober 2024   16:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Capres Ganjar Pranowo. Foto: https://nasional.kompas.com/

Mekanisme sandera politik ini rupa-rupanya tak pernah memiliki cerita tuntas. Siapa saja yang berusaha menghalang-halangi syawat politik penguasa, bakal siap-siap berhadapan buku tebal berisi catatan hukum. 

Tekanan penguasa ini kemudian membuat PDI-P memutar langkah untuk merelakan Anies. Sosok Anies yang masih populer dalam rubrik pencalonan Gubernur DKI-Jakarta rupanya menjadi ancaman besar bagi sejumlah elite partai terutama menuju Pilpres 2029.

Tekanan lain yang juga muncul jika PDI-P masih ngotot untuk mengusung Anies adalah adanya upaya sejumlah parpol koalisi gemuk KIM Plus untuk menggeser PDI-P sebagai partai terbesar di Parlemen dari kursi Ketua DPR. 

Sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak pada Pemilu Februari 2024 kemarin, PDI-P tentu berhak menduduki kursi Ketua DPR.

 Akan tetapi, PDI-P dalam hal ini perlu legawa untuk melepas. Keputusan PDI-P melepas Anies dari barisan kandidat membuat langkah koalisi gemuk KIM Plus mengurung niat untuk merevisi Undang-Undang MD3. Jika tetap ngotot, KIM Plus bakal mengubah pemenang Pemilu tak otomatis menduduki kursi Ketua DPR melalui revisi UU MD3. Ngeri bukan main.

Sejujurnya, ruang gerak PDI-P tak selebar periode 2014-2019 kemarin. Kini, jalur alternatif, plan B, dan peta permainan politik Partai Banteng itu hampir pasti sudah diberi garis pembatas oleh penguasa. 

Jika tak nurut, ane bakal kena. Rajutan politik PDI-P kali ini, hemat saya, benar-benar disandera. Semua buku-buku pergerakan politik PDI-P sudah dibajak dan diacak-acak. 

Dengan kata lain, banteng hanya bisa menurut. Cucukan pada hidung banteng sudah terlampau mengikat. Membuat pilihan pun, tak lagi memadai. Semua seni perpolitikan ini merupakan babak kesekian dari postur dinasti politik Joko Widodo.

Poin intinya, Anies yang merupakan musuh bebuyutan sejumlah elite partai tak boleh diberi panggung. Siapapun partai yang berani mengusung, kotak hitam berisi sejumlah skandal dan kasus hukum siap-siap dibuka. 

Dengan itu, panggung politik Anies wajib dirobohkan. Karier politiknya, juga sebaiknya dan diupayakan untuk cukup sampai di sini. Ini jalan pintas politik modern. Mekanisme baru yang digunakan adalah penimbunan data kasus hukum dan politik sandera. 

Bargaining politic berbasis uang tak lagi digunakan. Mesin politik lebih punya daya tawar melalui koleksi data berisi skandal sejumlah elite partai dan perusakan sistem demokrasi dengan senjata sandera.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun