Ganjar tentu harus patuh dan taat pada alur rencana pimpinan. Hal ini yang membedakan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Sosok Prabowo sebagai ketum partai membuat dirinya bebas dari berbagai macam intervensi dan membuatnya bebas mengintervensi.Â
Ketika ada isu Prabowo diduetkan dengan Ganjar Pranowo, maka kemungkinan terbesar adalah Ganjar mengalah. Ganjar mungkin akan mengalah, tetapi PDI-Perjuangan tidak mungkin. Mengharapkan Prabowo mengalah, hemat saya sama halnya dengan meminta PDI-Perjuangan menurunkan egonya dan gengsi.
Ganjar Pranowo, jika tak diusung partai atau koalisi partai, bisa saja mengalah. Hal ini bisa terlihat dari kepribadian Ganjar. Akan tetapi, karena sudah lama difermentasi dalam kandang banteng, watak Ganjar juga ikut dikendalikan.Â
Beberapa kader PDI-Perjuangan yang sudah mengalami transformasi bisa terlihat saat ini. Ada Budiman Sudjatmiko yang lama bermain di kandang banteng, lalu kemudian memberontak dan keluar dari PDI-Perjuangan. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga memiliki alur yang bersebelahan dengan Ketum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.Â
Hal-hal semacam ini sejatinya membuktikan bahwa kandang banteng kadang memproduksi watak kader tak mau mengalah. Ada gengsi yang tidak bisa diturunkan dari tanduk banteng.
Pernyataan Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto adalah gambaran umum dari ekosistem politik banteng. Pernyataan Hasto yang mengharuskan Ganjar Pranowo duduk di kursi presiden jika diduetkan dengan Prabowo Subianto adalah bentuk tantangan PDI-Perjuangan.Â
Secara tidak langsung, PDI-Perjuangan hendak menutup pintu kerja sama dengan Gerindra dan KIM. Meski baru sebatas isu, PDI-Perjuangan melalui Hasto sudah menunjukkan watak kekuasaan dan gengsi.Â
PDI-Perjuangan merasa rezim kekuasaannya tidak akan berhenti di Joko Widodo. Maka, segala upaya menutup akses partai lain dan koalisi apapun menyatu dengan PDI-Perjuangan harus melewati beragam syarat. Partai Demokrat misalnya pernah berencana mau bergabung dengan PDI-Perjuangan, tetapi ditutup dengan tirai persyaratan yang tak mudah diurai.Â
Hal yang sama juga dialami Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bagi PDI-Perjuangan, partai-partai yang tak terlalu "menarik" di beranda dan hendak bergabung, akan dipersulit dan akhirnya jatuh sebagai penantang.
Lalu bagaimana dengan isu deut? Duet antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, hemat saya adalah mimpi yang terlalu jauh untuk menjadi kenyataan. Jika hanya sebatas mimpi, duet keduanya boleh saja terjadi. Kemustahilan dua sosok ini disatukan datang dari watak keduanya, baik dari Prabowo sendiri maupaun dari kubu pengusung Ganjar.Â