Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Rambu-rambu Setelah Cak Imin Dapat Jatah

6 September 2023   15:52 Diperbarui: 6 September 2023   15:54 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketum PKB, tiba-tiba menjadi trending topic di kolom pencarian digital pasca dirinya dideklarasi menjadi cawapres pendamping capres Anies Baswedan yang diusung Nasdem di bursa Pilpres 2024. Senyum sumringah Cak Imin begitu terlihat pasca dirinya ditetapkan sebagai cawapres. Dalam berbagai wawancara dan latar diskusi politik, Cak Imin selalu melempar senyum lebar sebagai tanda bahagia. Mimpi menjadi cawapres akhirnya terwujud ketika Anies akhirnya memutuskan untuk menggandeng Cak Imin. Ekspresi bahagia Cak Imin, hemat saya, menunjukkan setidaknya beberapa unsur berikut.

Pertama, Cak Imin merasa mampu menjawab usulan dan desakan PKB terkait cawapres. Dalam laboratorium politik PKB, Cak Imin memang didesain untuk mewakili PKB di kursi capres dan cawapres pada Pemilu 2024. Desakan dewan partai PKB membuat Cak Imin harus membuat keputusan. Di ruang Koalisi Indonesia Maju -- sebelumnya Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) -- Cak Imin tidak mempunyai banyak peluang untuk menduduki kursi cawapres mendampingi Prabowo Subianto (Gerindra). Meski Gerindra didesak beberapa kali, Cak Imin justru masih dipandang sebelah mata. Melihat situasi ini, pihak PKB, merasa bahwa upaya mengulur-ulur waktu justru akan membuat skala ketidakpastian semakin tak terjangkau. Situasi inilah yang membuat Cak Imin memilih tawaran baru -- merapat ke Koalisi Perubahan. Opsi ini juga yang membuat Cak Imin merasa tenang dan bahagia. Satu tuntutan dari dalam rumahnya sendiri PKB, akhirnya sudah terpenuhi.

Kedua, Cak Imin terlihat bahagia karena peran dan kekuatannya dipulihkan kembali setelah menyatu dengan Koalisi Perubahan bersama Partai Nasdem. Sebelumnya, Cak Imin sempat "diterlantarkan" begitu saja tanpa kejelasan yang pasti di Koalisi Indonesia Maju. Waktu yang panjang bersama Koalisi Indonesia Maju justru tak membuat Cak Imin tenang dan senang. Masuknya dua pemain baru (Golkar dan PAN) di tubuh Koalisi Indonesia Maju membuat posisi Cak Imin (PKB) dan peluang menjadi cawapres pendamping capres Prabowo Subianto semakin pudar. Cak Imin merasa rumah KKIR atau Koalisi Indonesia Maju terlalu lama membuat dirinya menunggu dalam ketidakpastian. Maka, ketika ada tawaran dipinang Koalisi Perubahan, Cak Imin langsung ambil tiket. Cinta satu malam justru membuat ketidakpastian itu menjadi pasti. Situasi inilah yang membuat Cak Imin merasa senang dan tenang.

Raut ceria di muka Cak Imin pasca dideklarasi menjadi cawapres, rupanya menunjukkan bahwa dirinya dan PKB memang bukan pemain biasa-biasa saja di kancah perpolitikan Indonesia. Di ruang diskusi politik Tanah Air, daya tawar Cak Imin dan PKB memang sangat diperhitungkan. Cak Imin dan PKB bahkan mampu membuat Koalisi Perubahan harus melepas teman koalisinya Demokrat meski sudah menyatu selama setahun. Selain mampu membuat Demokrat lengser dari Koalisi Perubahan, Cak Imin dan PKB juga mampu membuat Gerindra terpukul. Tanpa pamit dari Gerindra, Cak Imin langsung duduk di kursi penantang melawan Prabowo di Pilpres 2024. Hemat saya, aksi inilah yang mampu membuat Cak Imin memperlihatkan senyum lebar di layar kaca. Kepuasan terlihat ketika ketika kursi impian cawapres bisa digapai.

Menariknya, pasca deklarasi Cak Imin menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan, nama Cak Imin langsung dikepung beragam isu. Ruang gerak Cak Imin menjadi cawapres seolah-olah hanya berhenti dideklarasi semata. Hemat saya, ada tiga hal yang membuat ruang gerak Cak Imin mulai disoroti saat ini.

Pertama, pasca deklarasi capres-cawapres mendampingi Anies Baswedan, Cak Imin langsung dipanggil KPK sebagai saksi dalam dugaan kasus pengadaan sistem proteksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pada 2012 silam. Situasi ini tentunya mengganggu ruang gerak Cak Imin untuk lebih intens memantapkan peta koalisi ke depan. Panggilan KPK seakan-akan membuat citra Cak Imin pelan-pelan memudar di benak publik. Label dan stigma pun pelan-pelan didengungkan meski fakta belum diperlihatkan. Meski hanya sebagai saksi, upaya pemanggilan Cak Imin sejatinya merusak euforia Koalisi Perubahan. Penetapan Cak Imin sebagai saksi seolah-olah berusaha menemukan celah baru, yakni bagaimana "mengganggu" perahu Anies berlayar mantap ke Pilpres 2024.

Kedua, isu silang pendapat antara Yenny Wahid dan Cak Imin terkait kudeta PKB juga menjadi daya tarik tersendiri. Pasca deklarasi Anies-Cak Imin, isu kudeta PKB masing-masing dipertahankan oleh dua kubu, baik kubu keluarga mendiang Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), maupun kubu Cak Imin PKB. Tegangan terus terjadi dan semakin memanas pasca Cak Imin dideklarasikan sebagai cawapres. Dari kubu Yenny Wahid, Cak Imin dituduh telah merebut PKB dari Gus Dur. Perseteruan internal PKB ini tentunya menggangu ruang gerak Cak Imin di etalase Pilpres 2024. Dengan adanya isu seperti ini, Cak Imin seolah-olah diklaim sebagai potret pemimpin yang kurang baik. Tekanan demi tekanan menghantam Cak Imin. Pertanyaannya, seberapa kuat Cak Imin bertahan?

Ketiga, terkait duet Anies-Cak Imin, Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) justru menolak mengatasnamakan PBNU sebagai pendukung Cak Imin-PKB. Jika melihat kilas balik, dalam pernyataannya, Anies menilai sosok Cak Imin mampu menjadi jawaban atas kegelisahan Koalisi Perubahan terkait basis NU yang masih harus dikejar capres Anies ke depan. Dengan kata lain, pemilihan Cak Imin mampu mengisi kantong-kantong suara Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai basis NU. Akan tetapi, baru sehari naik ke podium deklarasi, PBNU mulai membantah bahwa Cak Imin-PKB adalah perwakilan NU. Wasekjen PBNU Sulaeman Tanjung bahkan mengatakan bahwa tidak ada mandat khusus untuk PKB dalam mendulang suara NU. Situasi-situasi seperti ini tentunya membuat Cak Imin tersendat-sendat untuk maju.       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun