Semua informasi ini membuat semua inderaku berkerja super ekstra -- jangan-jangan aku salah kereta. Sepanjang perjalanan, aku hanya memikirkan kapan Stasiun Serpong akan disebut. Karena dihantui rasa takut, aku memberanikan diri untuk melempar pertanyaan ke salah seorang penumpang. Menurutnya, aku harus turun di Stasiun Tanah Abang, lalu melanjutkan perjalanan dengan kereta lain menuju Serpong.
Jarak Stasiun Mangga Besar ke  Stasiun Serpong sekitar 37.113 meter. Jarak ini tentunya sangat jauh untuk sebuah waktu perjalanan. Akan tetapi, dengan transportasi publik seperti Commuter Line, semuanya terasa dekat dan ekonomis. Dari Manggabesar menuju Serpong, saya hanya mengeluarkan biaya Rp 5.000. Sangat murah. Inilah yang membuatku nyatu dengan Commuter Line. Menurutku, Commuter Line menjadi solusi dari perjalanan yang memangkas biaya. Slogan ekonomis, hemat saya, hadir dalam moda transportasi publik bernama Commuter Line.
Memangkas Waktu (Speed)
Alexander Poniewierski menyebut dunia saat ini dengan istilah "The World of Speed." Dalam bukunya "Speed: No Limits in Digital Era" (2019), Poniewierski mengemukakan alasan dirinya menulis buku. "I have called this book Speed because rapid change is effecting everything from economi development to business models and management behavior."Â
Di Jakarta, tuntutan kerja, bisnis, sekolah, dan beragam aktivitas lainnya selalu dipacu trend kecepatan (speed). Seorang pebisnis dan pelajar di Jakarta, bahkan harus sama-sama mencari cara bagaimana mengejar waktu, sekaligus menemukan cara bagaimana agar tidak ketinggalan waktu. Pentingnya waktu membuatku mencari cara terbaik dalam me-manage aktivitas perjalananku sehari-hari. Untuk itu, setiap kali menunggu di berbagai stasiun pemberhentian dan keberangkatan Commuter Line, desak-desakan adalah pemandangan yang lumrah dihidangkan.
Bagi saya, Commuter Line menjawab solusi upaya memanajemen waktu di Jakarta. Commuter Line menyediakan waktu, dari aku bangun pagi, hingga waktu aku menuju tidur malam.Â
Dalam hal ini, KAI Commuter sejatinya telah menyatu dengan irama aktivitas harianku. Ketika aku menyatu dengan ritme transportasi publik, seperti Commuter Line, itu artinya aku bisa mengetahui waktu yang tepat untuk keberangkatan. Di era kecepatan saat ini, waktu menjadi tuntutan yang mampu mendisiplinkan diri. Di setiap gerbong Commuter Line, ruang gerakku bisa tetap dijaga dengan baik, sambil membaca buku atau berita yang akan djadikan bekal sebelum memulai kerja.
Keselamatan (Safety)
Selain ekonomis dan rapid (cepat), layanan transportasi publik seperti Commuter Line juga memberikan kenyamanan yang intensif bagi para pengguna. Ruang gerak Commuter Line sejatinya dipantau camera CCTV selama waktu beroperasi. Di stasiun keberangkatan dan kedatangan, ada begitu banyak CCTV yang siap memantau dan mengawasi pergerakan penumpang. Hal ini tentunya membantu saya lebih santai dan nyaman dalam perjalanan. Kamera pengawas tentunya membuat para pengguna jasa Commuter Line tidak sendiri dan dihantui aktivitas kriminal.