Ganjar Pranowo (PDI-P) dan Anies Baswedan (Nasdem).
Peta koalisi partai memang tidak mudah untuk ditelusuri secara mendalam. Dalam ruang publik yang semakin panas, upaya untuk "mengawinkan" satu pasangan calon presiden dengan pasangan yang lain adalah hal yang wajar dalam dunia politik. Di tengah memanasnya suhu politik Tanah Air saat ini, beragam wacana mulai membuih di bibir ruang maya. Wacana yang sempat muncul saat ini adalah soal duetWacana duet keduanya memang memantik beragam komentar dari warganet. Pasalnya, dua pasangan calon (paslon) presiden ini datang dari dua kubu yang memang berseberangan pendapat selama ini. Tapi itulah politik. Politik sebagai seni dari segala kemungkinan membawa semua indera masyarakat untuk berpikir lebih kritis-mendalam. Dalam skema dunia politik, menit-menit terakhir akan menjadi kejutan yang tidak pernah selesai ditunggu.
Jika duet Ganjar-Anies memang dimungkinkan, pertanyaannya adalah siapa yang bakal menduduki kursi capres dan siapa yang bakal "legowo" duduk mendampingi di kursi cawapres? Saya sengaja menempatkan kata "legowo" karena memang kedua kubu pengusung dua bacapres ini memang sangat bertolak belakang. Ibarat dua sisi koin, kubu Ganjar yang datang dari "kandang banteng" memang seringkali mengkritisi Anies. PDI-P sebagai pengusung Ganjar, dalam koridor politiknya tidak pernah menaruh simpati pada sosok Anies. Problem politik identitas yang pernah melilit sosok Anies saat Pilkada DKI Jakarta seringkali dijadikan kubu banteng sebagai senjata serangan.
Sementara kubu Nasdem sebagai pengusung Anies justru lebih terbuka untuk menerima kandidat manapun untuk bergabung, termasuk PDI-P. Ruang gerak Nasdem pasca pendeklarasian Anies sebagai capres, justru tidak pernah menyerang kubu manapun meski. Nasdem sendiri dan Anies memang seringkali dihantam berbagai kritikan dari para buzzer kubu lawan. Bahkan ledekan yang ditujukan kepada Anies pada dasarnya hendak mencegal Anies untuk naik ke podium kontestasi Pilpres 2024. Dari seorang yang dijadikan objek ledekan, Anies justru sekarang menjadi incaran banteng.
Jika melihat lebih jauh, PDI-P pasti enggan untuk menempatkan Ganjar di kursi cawapres. Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri bahkan pernah menyampaikan bahwa PDI-P adalah partai yang mampu mencalonkan kadernya sendiri menjadi capres pada Pilpres 2024 mendatang. Kekuatan politik PDI-P memang mampu menguasai separuh dari kursi parlemen. Alasan inilah yang membuat PDI-P tidak terlalu terpengaruh dengan berbagai tawaran dan lobi-lobi politik yang datang. PDI-P merasa bahwa postur politiknya mampu berjalan tanpa intervensi partai lain. Ketika Anies hendak diduetkan dengan Ganjar, dengan demikian PDI-P perlu membuka diri serta melepaskan wibawanya.
Koalisi pengusung Anies tentunya akan terkatung-katung ketika Ganjar dan PDI-P bergabung. Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan mengalami goncangan yang serius melihat aksi duet maut Ganjar-Anies. Mekanisme koalisi yang dibangun apik dengan mempersiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal cawapres yang akan mendampingi Anies pun hilang seketika.
AHY mungkin akan merasa dikhianati ketika duet Anies-Ganjar memang benar-benar terjadi. PKS sebagai salah satu partai pengusung Anies menyatakan bahwa duet Ganjar-Anies adalah hal yang wajar dalam politik. Dinamika politik yang cair menurut PKS membuka ruang kompetisi yang sehat di antara pasangan calon. Menurut PKS wacana menduetkan Ganjar dan Anies diterima baik jika Anies dijadikan capres dan Ganjar menjadi cawapres. Posisi Anies harus tetap di kursi capres, bukan cawapres.
Langkah Nasdem menyambut baik wacana duet Ganjar dan Anies tentu dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap teman koalisi lainnya, yakni PKS dan Demokrat. PDI-P pasti tidak akan rela kalau Ganjar menjadi cawapres dan Anies menjadi capres. PDI-P pasti akan merasa bahwa kekuasaannya tidak lagi menjadi daya tawar untuk peta perpolitikan Tanah Air jika memang tawaran Anies menjadi capres akhirnya terwujud. Dalam visi politik PDI-P, Ganjar harus menjadi capres. Posisi capres adalah wilayah incaran PDI-P. Jika PDI-P berhasil masuk ke wilayah Nasdem, PDI-P harus menduduki kursi capres. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H