Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Aroma "Pak Lurah" di Meja Elite Partai

16 Agustus 2023   23:55 Diperbarui: 17 Agustus 2023   00:15 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/8/2023) sempat menyinggung kode "Pak Lurah." Kode "Pak Lurah" belakangan ini diyakini punya kaitan dengan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Curahan hati (curhat) Jokowi dalam Pidato Kenegaraan tersebut merupakan bentuk keprihatinan Jokowi sebagai seorang Kepala Negara terhadap suhu politik Indonesia. 

Dalam Pidato Kenegaraan-nya, Jokowi memberi penegasan bahwa ia tdak akan ikut campur dalam urusan Pilpres 2024 mendatang. Menurutnya, masih banyak persoalan bangsa dan negara yang perlu diselesaikan daripada membahas capres-cawapres.

Penegasan Jokowi tentunya beralasan, karena selama ini, namanya seringkali dikait-kaitkan dengan sosok capres tertentu. Gambaran yang gamblang terlihat justru muncul di kanvas politik Gerindra dan PDI-P. Dua kandidat presiden -- Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto -- yang masing-masing diusung partai PDI-P dan Gerindra berusaha untuk saling mempertahankan argumen terkait keberpihakan Jokowi. PDI-P misalnya mengklaim bahwa sebagai seorang kader partai, Jokowi pasti berpihak kepada partainya. Jokowi yang lahir dari rahim PDI-P tentukan akan segaris (tegak lurus) dengan capres pilihan PDI-P. 

Untuk itu, para politi PDI-P kemudian mengklaim pasti Jokowi dukung Ganjar. Berbeda dengan PDI-P, Gerindra sebaliknya menunjukkan bahwa gesture politik Jokowi memang mengarah pada suatu pembacaan bahwa Jokowi punya kedekatan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Semua tafsir ini pun tidak ada yang ditepis. Untuk mengecek kebenarannya, "Kita perlu menunggu arahan dari Pak Lurah."

Sosok "Pak Lurah" itu siapa sebenarnya? Pada Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR hari ini, Jokowi menarasikan kembali semua situasi politik yang berusaha "mencatut" namanya. Dalam sela-sela perbincangan politik Tanah Air, kode aneh "Pak Lurah" kerapkali muncul di perbincangan para elite politik. Kode ini belum jelas mengerah kepada siapa. Dalam ruang politik yang ajeg, Jokowi kemudian merenung. Setelah dipelajari lebih mendalam, kode "Pak Lurah" ternyata tertuju pada dirinya.

"Saya, sempat mikir, siapa itu Pak Lurah. Sedikit-sedikit kok Pak Lurah. Belakangan saya tahu, yang dimaksud dengan Pak Lurah ternyata saya," kata Jokowi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Kode "Pak Lurah" adalah gambaran kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin. Lurah dalam penjelasannya mengarah pada sosok seorang pemimpin dari suatu kelurahan; sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kata "lurah" sebenarnya mengandung konotasi kekuasaan, wibawa, strukturisasi, juga dominasi. Jika memang kode "Pak Lurah" mengarah pada sosok Jokowi, itu artinya Jokowi adalah sosok yang memiliki wibawa, kewenangan, dan dominasi dalam membuat sebuah keputusan. Peran "Pak Lurah," dengan demikian sangat dinanti-nantikan oleh warganya menjelang Pemilu 2024. Para elite partai dalam koridor menuju Pilpres 2024 masing akan menunggu arahan dari "Pak Lurah."

Penyematan label "Pak Lurah," secara tidak langsung membuat Jokowi memiliki kekuatan politis dalam kontestasi Pilpres 2024. Hemat saya, para elite partai mempunyai lata belakang tertentu kenapa menyebut Jokowi dengan kode "Pak Lurah." Meskipun tidak menjabat sebagai Ketum Partai atau Ketua Koalisi, Jokowi tetap dilihat sebagai sosok yang memberi "aroma" pada peta Pilpres 2024 mendatang. Kode "Pak Lurah" juga mematahkan semangat para ketum partai yang tidak lagi mampu memberi pengaruh kepada masyarakat terkait calon yang credible untuk mengisi kursi kepresidenan pada Februari 2024.

Jika label "Pak Lurah" mampu menembus kalangan elite partai, hal ini menunjukkan bahwa Jokowi mempunyai nilai tawar yang sangat tinggi. Jokowi sebagai "Lurah" tidak lagi hanya berperan sebagai wasit atau orang bijak, tetapi lebih sebagai pelatih sekaligus pemain yang berpengalaman dan mengarahkan. Hadirnya sosok Jokowi dalam peta politik Indonesia hari ini diyakini oleh para elite politik sebagai sebuah bentuk kekhawatiran akan keberlanjutan pembangunan.

Sosok Jokowi saat ini sudah memperkuat bangunan infrastruktur dan basis ekonomi di level yang sangat baik. Tema besar ini akan digulirkan terus agar masyarakat menaruh simpati pada calon pengganti Jokowi. Kandidat yang akan meneruskan proyek besar Jokowi haruslah orang yang memiliki sense of love terhadap bangsa dan negara. Ketika Jokowi mampu mempertahankan semua mimpi terkait Indonesia maju, kode "Pak Lurah" pun tak segan-segan disematkan padanya. Benarkah Pak Lurah tak ikut campur dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang?    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun