Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Koalisi Gugur, Prabowo Menampung

14 Agustus 2023   16:15 Diperbarui: 14 Agustus 2023   16:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semulanya, sebuah poros koalisi hadir menjaga peta perjalanan politik menuju bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kapal besar dengan nama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memang pernah hadir dengan tiga mesin penggerak, yakni Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tiga mesin penggerak ini hadir dengan satu visi, menolak politik identitas. KIB juga sempat membuat peta pencalonan bursa Pilpres 2024 dimana Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai bakal calon presiden (bacapres) dan Ketum PAN Zulkifli Hasan sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres). Semuanya siap, tinggal menunggu waktu pendeklarasian.

Setelah sekian bulan pasca pendeklarasian koalisi, kesunyian menutup ruang komunikasi politik poros KIB. Mesin-mesin penggerak poros yang tadinya terlihat gagah, kini pelan-pelan meredup dan menentukan pilihan bacapres-bacawapres masing-masing. Pada April 2023 yang lalu, salah satu mesin penggerak KIB, yakni PPP mulai mengarahkan dukungannya ke bacapres dari Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) Ganjar Pranowo. Langkah PPP, bukanlah sebuah pergerakan biasa. Sejak awal, KIB memang diisu menjadi poros koalisi yang melirik Ganjar. Oleh karena itu, PPP bergerak secara langsung ketika Ganjar dideklarasikan PDI-P menjadi bakal capres pada kontestasi Pilpres 2024.

Langkah PPP merapat ke Ganjar juga tidak hanya ditengarai oleh alasan ketidakpastian KIB. Hal lain yang menjadi pemicu adalah macetnya misi internal KIB untuk menentukan siapa bacapres dan bacawapres yang akan diusung. Kabarnya, Ketum Golkar Airlangga Hartarto pernah dimasukkan ke dalam daftar bursa capres pada Pilpres 2024. Sosok Airlangga sengaja digulirkan ke publik sebagai bacapres yang diusung Golkar, dengan harapan agar poros KIB memperoleh grafik elektabilitas dari masyarakat.

Akan tetapi, sosok Airlangga justru belum mendapat perhatian publik secara penuh semenjak nama Airlangga melantai. Meski Airlangga sudah berperan aktif dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia sejak Pandemi Covid-19, akan tetapi, perhatian masyarakat tetap terarah ke bakal calon yang lain. Survei justru memperlihatkan elektabilitas tiga sosok bacapres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto berada di peringkat tiga besar.

Airlangga tentunya merasa bahwa hasil survei yang ada tidak akan memberikan ruang untuknya sebagai bacapres di Pilpres 2024. Airlangga juga tidak merasa bahwa ia perlu menduduki kursi capres pada kontestasi Pilpres 2024. Akan tetapi, kehendak Airlangga justru ditentang Golkar. Dewan pakar Partai Golkar justru merasa Airlangga tidak mampu membawa nama Golkar ke permukaan. Alasan ini kemudian membuat konflik internal Golkar memuncak. Isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar untuk menggeser Airlangga dari posisi ketum beredar di mana-mana.

Airlangga seakan-akan didesak untuk mengikuti kehendak Dewan Pakar Golkar. Bahkan, nama Luhut Binsar Pandjaitan juga disinyalir akan siap menggantikan posisi Ketum Golkar, jika Munaslub benar-benar terjadi. Dalam insting "kehendak untuk berkuasa" inilah poros KIB mulai dipertanyakan. Intervensi dari banyak pihak membuat Golkar semakin alot dalam menentukan pilihannya. Pertanyaannya "Ke mana kira-kira arah dukungan KIB jika Airlangga tidak mampu dijadikan "beringin" di kontestasi Pilpres 2024?"   

Ketika Golkar gagal mengusung Airlangga sebagai bacapres dari poros KIB, secara otomatis, koalisi besar ini akan merapat ke koalisi lainnya. Merapat ke koalisi lainnya berarti melepaskan angan-angan Golkar untuk menduduki kursi capres. Merapat juga berarti koalisi (KIB) bakal gugur. Konsekuensi ini akan diambil oleh Golkar dimana Golkar tidak lagi masuk ke ranah bursa capres. Golkar hanya mempunyai peluang untuk menduduki kursi cawapres.

Dalam hal ini, Airlangga mungkin akan digandeng oleh Prabowo Subianto dalam bursa Pilpres 2024 mendatang. Di sisi lain, PAN jika merapat ke koalisi lain, juga akan kehilangan angan-angan untuk mengisi posisi cawapres. Zulkifli Hasan justru tidak bisa bermimpi lagi untuk menjadi bacapres selain menanti panggilan untuk menduduki sejumlah kursi menteri di periode kepemimpinan mendatang. Ketika semua konsekuensi ini diterima secara baik oleh Golkar dan PAN, dua mesin penggerak KIB ini kemudian menentukan pilihan untuk merapat.

Hari Minggu 13 Agustus 2023, Golkar dan PAN menentukan sikapnya untuk mendukung Prabowo Subianto di bursa Pilpres 2024. Kabar ini sontag menyita perhatian publik. Keputusan Golkar dan PAN justru membuat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) semakin kuat menyambut Pilpres 2024. Bergabungnya Golkar dan PAN tentunya menguntungkan Prabowo Subianto yang diusung poros KKIR. Lobi-lobi politik Prabowo sepertinya berhasil menarik Golkar dan PAN. Meski Gerindra dan PKB selama ini juga diisu perasaan galau yang mendalam dengan penentuan cawapres pendamping Prabowo, KKIR kini mulai mendapatkan amunisi dengan kehadiran Golkar dan PAN. Empat partai besar Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN dengan demikian resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai capres pada Pilpres 2024.

KKIR saat ini juga tengah menunggu peserta baru yang akan merapat. Salah satunya adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Setelah silaturahmi Prabowo ke PSI, KKIR berharap PSI bisa mengambil sikap untuk bersama-sama mengusung Prabowo. Keputusan PSI akan dinantikan pasca Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) pada 22 Agustus 2023 mendatang. Jika PSI merapat, kekuatan Prabowo Subianto menuju kontestasi Pilpres 2024 akan semakin mulus. Kerja sama lintas partai akan mengubah citra Prabowo menjadi sosok yang lebih "legowo." Sosok Prabowo, dalam hal ini, dinilai mampu meneruskan visi-misi Pemerintahan Jokowi-Ma'aruf saat ini. Inilah salah satu poin penting mengapa Golkar dan PKB merapat ke Prabowo Subianto.   

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun