Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Martabat Manusia di Balik Sindikat Perdagangan Orang

1 Agustus 2023   15:21 Diperbarui: 1 Agustus 2023   15:29 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, bagaimana upaya penyelesaiannya? Pendekatan dan sosialisasi terhadap keluarga tentunya tidak cukup. Alasan ekonomi seringkali memulangkan secara paksa semua upaya preventif dalam memerangi sindikat perdagangan orang. Berbekal masalah ekonomi, anak-anak dengan mudah dipertaruhkan untuk tujuan yang tidak jelas. Pemerangan sindikat ini juga menjadi sulit jika ada oknum tertentu yang justru terlibat aktif di dalam proses perekrutannya. Apa yang mungkin selama ini bisa dilakukan adalah pemulihan para korban pasca taruma dan pendampingan keluarga pasca kematian si pekerja.

Hemat saya, yang perlu dikejar dalam hal ini adalah para sindikat dan organisasi yang dinaunginya. Sindikat perdagangan orang harus dinaikan statusnya menjadi salah satu tindakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Oknum yang terlibat di dalamnya harus dijerat pasal berlapis dan bila perlu dihukum mati seperti halnya para kriminal kasus narkoba. Dengan kenaikan status ini, oknum sindikat bisa berkurang dan jera. Poin ini menjadi penting mengingat nyawa manusia tidak sebanding dengan apapun yang diiming-iming para sindikat. Jika para oknum sindikat dengan berani, sadar, tahu, dan mau menjual sesamanya demi uang, martabat seorang manusia justru tidak dihargai lagi.

Hemat saya, pucuk-pucuk sindikat perlu dipangkas. Mereka tidak pernah merasakan sakit karena disiksa, dihujat, dan dibunuh dengan kejam lantaran mengejar uang. Mereka tidak pernah merasakan bagaimana pedih dan sakitnya keluarga ketika mendapati anggota keluarganya dicuri organ tubuhnya dan tak dihargai. Sungguh keji!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun