Kemasan laju berburu keuntungan di zaman sekarang bukanlah hal yang sulit. Di media sosial, beragam tawaran agar cepat maraup keuntugan seketika menggoda siapa saja. Halaman depan Harian Kompas, hari ini Jumat (7/1/2022) menyuguhkan kepada pembaca terkait kasus "Money Game" di Indonesia yang berbalut aset kripto.
Target aset kripto bodong sejatinya menyasar orang-orang yang lemah dari segi komitmen. Dengan mekanisme iming-iming keuntungan gede, para pembuat kripto "menodong" nasabah agar getol bermain di dalamnya. Skemanya persis bursa promo, yakni dengan menawarkan strategi yang cepat, tetapi sarat keuntungan.
Jika ditelisik secara menyeluruh, sejatinya ada sejumlah kasus besar penipuan aset kripto di dunia. Misalkan, pada 2014-2019, Ruja Ingnatova berhasil meraup keuntungan sebesar Rp 5,8 miliar dari bisnis bodong ini. Selain itu, ada juga BitConnect (2016-2018) dengan inisiator Satao Nakamoto, GainBitcoin (2016-2018) dengan inisiator Amit Bhardwaj, PlusToken (2018-2020) dengan inisiator Chen Bo (Kompas, 7/1/2022).
Jalan pintas menuju kaya memang riuh dikelola di portal media sosial saat ini. Basis pergerakan mereka sangat terstruktur dan sistematis. Jaringannya juga sangat melebar sehingga cukup sulit untuk diprediksi mana yang bisa dipercaya dan mana yang tidak. Jika tak hati-hati, pasar gelap bisnis "multilevel marketing" ini mudah menggorok leher keuangan nasabah.
Sesuai dengan peta perjalannannya, penipuan berkedok aset kripto memang menggiurkan. Tidak seperti jenis bisnis pada umumnya, jejaring pemain "multilevel marketing" dengan trik profit cepat bisnis kripto menawarkan keuntungan-keuntungan dengan level cepat. Proses perekrutan nasabah juga cepat karena iming-iming dengan skala "great profitable" memukul rasa kekuatiran korban.
Dalam hal ini, korban penipuan "money game" secara tidak sadar menyetujui kebijakan-kebijakan yang tak valid untuk diproses. Korban merasa target utamanya hanya meraup keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang relatif singkat. Kiat dan visi ini diindoktrinasi oleh setiap pembuat atau agen kripto untuk mengelabui nasabah. Ketika kucuran dana sudah sesuai dengan target yang diimpikan si agen pembuat kripto, proses interaksi secara tiba-tiba akan menghilang.
Menurut Ryan Filbert seorang investor dan motivator bidang investasi, banyak orang di zaman sekarang mudah terjerumus dalam pola pikir pragmatis. Banyak orang jatuh pada skema berpikir jalan pintas. Ketika pola pikir demikian terkubur dalam alam bawah sadar seseorang, tawaran dengan skema "insane" apapun akan mudah diterima. Jenis "disorder" ini banyak dialami oleh mereka yang terlibat dalam ritual bisnis online.
Permainan pasar uang memang menggiurkan dari skala proses dan hasil yang diterima. Akan tetapi, kemudahan yang didapat dari ruang gerak kerja demikian, juga akan mudah "menguap" ketika naluri bawah sadar seseorang disadap habis-habisan oleh para penipu. Mental instan, karakter yang ambisius, sekaligus dorongan gaya hidup yang glamor membuat seseorang mudah jatuh dalam pukat penipuan.
Untuk itu, kehati-hatian sangat diperlukan ketika kita mulai ikut untuk bergabung dalam sebuah bisnis tertentu. Karakter dasar, seperti akurasi, validitas, kejujuran, kritis, dan bijaksana membantu kita untuk membuat keputusan yang jernih sebelum ikut bermain di dalamnya.
Di masa pandemi Covid-19 ini, pandemi penawaran dengan jubah keuntungan besar dan proses yang cepat sungguh memukul daya kritis seseorang. Bermigrasi ke ruang maya kadang membuat kita jatuh pada pilihan kebutuhan yang salah. Inilah yang perlu didalami ketika kita mendapat tawaran untuk bergabung dalam mekanisme "money game" di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H