Dalam negara yang mengalami modernitas yang solid, pemerintah membangun lembaga-lembaga yang sedemikian rupa mampu menata manusia demi keamanan, membuat kartu pengenal, menyimpan data-data kependudukan dan catatan kriminalitas. Melalui cara ini negara bisa mengkontrol dan memprediksi risiko kejahatan.
Para pelaku holocaust menjalankan aktivitas mereka dengan mengambil sikap distansi terhadap korban. Dalam sistem rasional birokratis, satu-satunya yang patut didengar ialah suara perintah, bukan suara korban. Sikap distansi membuat pelaku merasa tidak bersalah secara moral. Mereka hanya menjalankan aturan, perintah, dan sistem.
Saat berada dalam kontrol birokrasi, profesional, dan para ahli yang berkerja secara saintifik atau otoritas politik, seseorang dibiasakan untuk menolak dorongan moral.  Kita disosialisasikan untuk menerima keharusan mendengar dan melaksanakan perintah yang top-down dan responsibilitas kita sangat sederhana yaitu memenuhi perintah tanpa memperhitungkan implikasi moral. Sebagai konsekuensinya, birokrasi menciptakan manusia yang melakukan kejahatan tanpa rasa tanggung jawab moral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H