Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tipe Manusia Vagabond menurut Zygmund Bauman

30 Desember 2021   23:34 Diperbarui: 30 Desember 2021   23:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Zygmund Bauman. Sumber: https://www.timeshighereducation.com.

Fenomena gelombang perpindahan manusia dalam jumlah besar menimbulkan suatu panorama sosial yang berbeda dari sebelumnya. Ruang publik menjadi lebih menampakkan diversitas ideologi, kepercayaan, pola pikir, dan cara hidup. 

Dalam masyarakat modernitas yang cair itu diversitas dirayakan, sedangkan dalam masyarakat tipe modernitas yang solid, politik identitas digaungkan untuk memudahkan upaya kontrol demi efektivitas keamanan. Globalisasi meningkatkan diversitas yang sulit mendapat ruang eksistensi yang bebas dalam modernitas yang solid.

Menurut Zygmunt Bauman, modernitas yang cair memunculkan dua tipe utama manusia.  Pertama, tipe vagabond atau pengembara. Manusia tipe vagabond hidup di suatu tempat untuk sementara waktu. Mereka tidak tahu untuk durasi berapa lama mereka bermukim di suatu tempat. Perpindahan mereka ke tempat yang lain bukanlah keputusan mereka secara bebas.

Mereka berpindah karena eksistensi mereka tidak lagi diterima. Vagabond berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa tujuan pasti; hanya mengikuti "road-signs". Manusia vagabond merupakan peziarah tanpa destinasi dan nomad tanpa itineran.

Manusia pengembara mau hidup terus sebagai orang asing.  Mereka tidak memiliki komitmen yang pasti. Dengan demikian, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan tanah air dan institusi apapun.

Manusia modernitas yang cair tipe kedua ialah turis. Sama seperti vagabond, manusia turis memahami bahwa mereka berada di suatu tempat untuk jangka waktu sementara. Vagabond dan turis sama-sama bersifat ekstrateritorial. Namun, turis menghidupi sifat ekstrateritorialnya sebagai sebuah previlese, independen, bebas memilih, memiliki hak untuk hidup bebas; semacam suatu lisensi untuk merestrukturisasi dunia.

Manusia tipe turis merupakan pemenang dalam globalisasi. Mereka hidup dalam waktu dengan mobilitas yang dikehendaki secara bebas. Meraka terobsesi dengan pengalaman baru  dan rumah hanyalah tempat untuk sekadar singgah "melepas lelah" sebelum masuk ke pengalaman baru yang lain.

Dalam dunia modernitas yang cair, pengembara dan turis bukan lagi golongan marjinal secara kuantitas. Turisme tidak lagi dilakukan saat liburan. Hidup normal --kalau hendak menjadi hidup yang menyenangkan-- harus dan lebih baik, seperti liburan terus menerus.

Para pengungsi merupakan manusia vagabond atau pengembara. Mereka berpindah dari suatu negara ke negara lain, dari sistem hukum yang satu ke sistem hukum yang lain, dan dari rumah detensi yang satu ke rumah detensi yang lain. Mereka berpindah dari suatu tempat karena alasan perang, kasus rasial, dan kondisi kemiskinan yang akut.

Dalam dunia modernitas yang cair, vagabond atau pengembara, yang direpresentasikan oleh pengungsi, merupakan golongan yang kalah. Tipe manusia ideal dalam masyarakat modernitas yang cair ialah turis; dengan karakter sebagai penikmat. Mereka menjadi pemenang dalam globalisasi. Para pemenang ialah orang yang mobile, bergerak bebas ke seluruh dunia dan dalam proses menciptakan makna bagi diri mereka sendiri.

Panorama sosial modernitas yang cair dengan karakter melemahnya ikatan organisasional, kurangnya komitmen, dan ketiadaan ikatan emosional mengandaikan adanya model moralitas baru. 

Zygmunt Bauman mewacanakan suatu model moralitas yang berciri ambivalen dalam pengertian yang positif. Ambivalensi moralias dipengaruhi oleh kompleksitas panorama sosial.

Moralitas yang ambivalen bukan moralitas "hitam-putih" seperti dalam modernitas yang solid; organisasional, birokratis, dan prediktif. 

Modernitas yang cair merupakan kondisi masyarakat risiko yang tidak dapat diprediksi secara ketat, melemahnya kontrol budaya, dan suburnya manusia hybrid sehingga tidak bisa dengan mudah dikategorisasi dan dijadikan instrumen politik identitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun