Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Faktor Penentu Transformasi Diri

29 November 2021   16:27 Diperbarui: 29 November 2021   16:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor-faktor yang dimaksudkan dalam proses formasi adalah seputar realitas-realitas berkaitan dengan pribadi seseorang dan lingkungan yang berdampak pada penataan, kematangan diri, dan proses pembentukan. Hal ini, bisa mencakup aspek internal maupun eksternal orang tersebut, serta keterkaitan antar-keduanya.

Pada prinsipnya, mereka tidak disengaja dididik, baik dari pihak formator atau dari formandi sendiri. Beberapa dari para formandi memang memiliki kepribadian yang baik dan lainnya bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam atau sosial, diterima sebagaimana adanya, tanpa rencana atau tujuan pedagogis khusus.

Kurangnya dorongan pedagogis tidak berarti faktor-faktor ini tidak berdampak pada proses pembentukan. Di sisi lain, mereka biasanya memiliki dampak yang luas dan intens, baik positif maupun negatif. Apalagi bila memungkinkan, mereka bisa diberi semacam dorongan formatif secara eksplisit.

Maka, dengan penanganan seperti ini, faktor-faktor yang dimaksud mampu menjadi daya transformatif. Oleh karena itu, faktor formatif telah diperhitungkan dalam rencana umum formasi (GPF) dan seharusnya dipertimbangkan dalam penyusunan proyek formasi, baik sebagai kerangka referensi atau sebagai dinamisme, dan sarana pembentukan.

Faktor Fisik

Faktor fisik, sebagian besar, adalah keturunan. Beberapa diantaranya yang bisa dicermati adalah berkaitan dengan penyakit dan keterbatasan tertentu. 

Faktor fisik meliputi kesehatan, usia, jenis kelamin, dan kondisi tubuh. Faktor-faktor ini, tentunya memiliki pengaruh pada perkembangan pribadi dan perkembangan diri seseorang, baik berupa anugerah dengan kualitas tertentu, seperti bakat dan kemungkinan masa depan.

Oleh karena itu, baik Gereja, maupun Kongregasi,  merujuk mereka dalam proses penegasan panggilan. Formator perlu menunjukkan, misalnya, usia minimum untuk memulai novisiat, untuk mereka yang akan melaksanakan kaul perdana atau profesi kekal, maupun mereka yang akan menerima tahbisan.

Di antara berbagai kebutuhan untuk bergabung, mereka juga berbicara tentang kesehatan yang memadai. Meskipun tidak mendeskripsikan secara detail, deskripsi umum ini mencakup, setidaknya, kesehatan yang memadai untuk memungkinkan calon untuk hidup dan memenuhi tuntutan kehidupan sebagai seorang misionaris.

Mengingat pentingnya kesehatan demi keseimbangan pribadi dan perkembangan kehidupan misionaris, kita harus berusaha untuk menjaga keduanya melalui latihan fisik teratur, olahraga, diet seimbang, dan memperoleh kebiasaan yang baik mengenai pola hidup sehat, kebersihan, istirahat yang cukup, dan relaksasi.

Faktor-faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang mendeskripsikan kepribadian seorang individu dan dimensi lainnya (seperti, kemauan, persepsi, kecerdasan, minat, sikap, bakat, kebutuhan, dan motivasi). 

Semua hal ini sangat memengaruhi pola penentuan pertumbuhan aspek psikologis seseorang. Apalagi, kepribadian, dalam hal ini adalah sesuatu yang terus berkembang. 

Meskipun pada dasarnya tetap sama, akan tetapi hal ini sangat memengaruhi proses menuju kedewasaan. Oleh karena itu, banyak kebutuhan pendidikan memasukkan metode tertentu untuk pengembangan kepribadian yang konsisten.

Satu kriteria yang mampu membedakan setiap panggilan adalah apa yang disebut dengan kecenderungan alami individu. Pengertian ini termasuk berkaitan dengan temperamen, karakter, dan kepribadian. 

Perhatian khusus harus diberikan melalui proses disermen yang mendalam untuk mempelajari keterbukaan seseorang, motivasi, panggilan, serta kemampuan hidup dalam bermasyarakat. 

Faktor psikologis ini, mempengaruhi internalisasi nilai-nilai Kerajaan Allah ketika memasuki fase "belum matang" atau menuju tahap kematangan akhir seseorang, kematangan emosional, dan psiko-seksual. 

Perhatian khusus, dalam hal ini, harus difokuskan pada kedewasaan manusiawi yang merupakan fondasi dari semua perkembangan, karena memiliki dampak yang sangat kuat pada stabilitas pilihan kejuruan seseorang, dalam kehidupan komunitas, dan prospek hidup yang terintegrasi dari nasihat Injili.

Hal ini selalu diperlukan, untuk memastikan tidak adanya kontraindikasi pada aspek ini (misalkan penyakit psikologis dan cacat yang bertolak belakang dengan kehidupan seseorang), melalui bantuan para spesialis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun