Padahal, problem utama dari konflik Suriah adalah ketidakpuasan terhadap rezim yang berkuasa. Jika pemimpin menggunakan suara hati dalam membuat kebijakan, ratusan ribu nyawa anak-anak di Suriah mungkin bisa diselamatkan.
Hal yang sama ketika Hitler menguasai Jerman dengan label Nazi-nya. Kurangnya interaksi dengan suara hati membuat Hitler merasa wajib untuk membasmi ras Yahudi. Hemat saya, peran suara hati justru sangat diperlukan ketika kita berbicara mengenai kehidupan, masalah kemanusiaan, dan konflik berdarah.
Suara hati biasanya membantu seseorang dalam membuat sebuah keputusan etis. Ketika suara hati tumpul karena lemahnya tanggung jawab baik moral maupun sosial, maka seseorang bisa saja bertindak sebagai homo homini lupus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H