Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sabtu dan Tika Teman Bicara

16 Oktober 2021   11:20 Diperbarui: 16 Oktober 2021   11:38 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sabtu dan teman bicara. Foto: https://lokadata.id.

Gerai promosi aksesoris handphone itu tak terlalu banyak disapa pangsa pasar. Di depan etalase gerai, duduk seorang perempuan dengan kaki kanan dipangku. Ia asyik memintal tiap pasangan aksesoris handphone yang lama terbengkalai. Rambut perempuan ini terurai lurus. Angin pukul 11.00 WIB di wilayah Tembung, Medan memang mengumpul setting bertajuk Teman Bicara.

"Cari apa bang?" tanya perempuan itu sedikit kepo.

"Earphone, kak!"

Di tempat ini, perempuan sering disapa Kak. Meski usia mungkin di bawah saya, sapaan Kak untuk perempuan, memang digunakan untuk mengurai adaptasi pola komunikasi di tempat ini. Perempuan ini kemudian masuk ke etalase tempat berbagai aksesoris handphone dipajang. Pikirannya seperti tak terurus. Ia sedikit membetulkan ingatannya soal apa yang sedang kutanyakan.

"Apa tadi bang?"

"Earphone, Kak, buat dengerin musik."

"Oh, headset ya bang."

Perempuan ini, tersenyum sambil tertawa kecil menuju etalase earphone. Langkahnya tak teratur, seperti tengah dikejar deadline tugas. Dibawanya tiga model original earphone samsung dengan trek hi-res audio. Tangannya cekat memilah tiga model earphone lalu lalu segera melepas masker.

"Yang ini bagus bang," sambil menunjuk salah satu box berisi earphone berbentuk lempeng.

Saat itu, memori pendengaranku tak terlalu tertuju pada sinyal komunikasi visual perempuan ini. Aku justru menambal fokus pengelihatanku. Bulu matanya lentik, senyumannya sedikit irit, dipadu kemasan satu cekungan lesung, menempel di pipi kanannya.

"Tinggal di mana bang?"

"Di rumah kak," kataku sedikit merengkuh suasana.

"Iya taulah bang di rumah. Tapi di daerah mana?"

"Mandala."

Usai memilih salah satu di antara ketiga box berisi earphone itu, aku menghitung jumlah pembayaran. Namun, ingatanku masih meronta. Perasaanku tetap terhimpit paras perempuan ini. Aku pun tak langsung bergegas pulang. Kuraih salah satu kursi di depan etalase, lalu duduk.

"Saya Tika, bang," sambil menyodorkan tangan.

Dari perjumpaan itu, aku, Sabtu, dan teman bicara menjadi satu kenangan. Bingkisan perjumpaan dengan Tika memberikanku satu makna kalau perempuan selalu menyita perhatian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun