Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengolah Daftar Menu Keindahan Danau Toba

24 September 2021   11:24 Diperbarui: 3 Oktober 2021   04:02 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanskap Danau Toba dari pelabuhan Ajibata Parapat. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Literasi Tangkapan Visual Toba

Salah satu kekuatan di balik kelanggengan sebuah brand wisata adalah soal publikasi. Kesempurnaan Toba di mata pengunjung biasanya bisa dijepret dari berbagai frekuensi akses secara literasi. Dalam hal ini, pengunjung biasanya jatuh cinta pertama kali pada daerah tujuan wisata melalui promosi literasi, baik tangkapan visual maupun jejak tulis.

Latar pintu masuk Pulau Samosir melalui Desa Tomok. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku. 
Latar pintu masuk Pulau Samosir melalui Desa Tomok. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku. 

Di pintu masuk Samosir, para pengunjung selama ini hanya disambut para penjual jasa. Padahal grand petualangan sebetulnya dimulai dari pintu masuk Samosir. Jika Samosir menjadi lokasi santai menikmati Danau Toba, para pengunjung sebaiknya "dihadiahi" satu buku saku tentang keindahan Danau Toba. Buku pegangan ini bisa berisi daftar menu keindahan Danau Toba yang harus diketahui para pengunjung. Proses pengelolannya bisa dipajang melalui lapak-lapak khusus di pintu masuk Desa Tomok. Buku daftar menu keindahan dan sejarah terbentuknya Toba menjadi penting ketika pengunjung menjadi "the second promotor of Toba Lake" usai mencicipi Toba. Referensi literasi para pengunjung menjadi akurat dengan berbagai daftar budaya, kerajinan, kuliner, juga lokasi-lokasi wisata yang monumental di Danau Toba.

Budaya literasi terkait "Heritage of Toba" sejauh ini memang tak terlalu banyak dijumpai. Banyak pengunjung hanya memotret keindahan Toba lalu dikelola untuk promosi keperluan pribadi. Orang malas mengeksplorasi Toba secara tertulis dengan konten yang memikat. Padahal, ruang gerak sejarah, apapun wujudnya selama ini, mampu bertahan hidup karena ditulis. Setiap cabang destinasi wisata Danau Toba dan sekitarnya jika ditelusuri hanya memuat referensi yang singkat. Riak Toba dengan demikian kadang ditutup olahan menu wisata baru yang kehadiran justru dikontruksi dan banyak diolah dengan beragam bahasa tulis yang memikat.

Daftar menu "Heritage of Toba" dalam bingkai "Wonderful Indonesia" sejatinya harus dipublikasi secara update, detil, dan tertata. Misalnya melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), portal khusus pemugaran wisata Danau Toba secara digital harus dikelola secara berkala. Di sana unsur-unsur seperti profil lokasi wisata, galeri, perencanaan, dan berbagai macam informasi terkait destinasi wisata dikelola secara resmi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun