Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doktrin Gereja dalam Sapaan Zaman

15 Agustus 2021   23:16 Diperbarui: 15 Agustus 2021   23:23 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Gereja umat Katolik. Foto: regional.kompas.com.

Semua ajaran dalam Gereja Katolik, pada dasarnya bersumber pada Yesus Kristus. Yesus adalah pokok dan episentrum ajaran dan tradisi yang dihidupi Gereja hingga sekarang. Gereja meyakini bahwa Kristus adalah sumber ajaran. Hal ini jelas dalam Sabda-Nya yang tertuang dalam Kitab Suci.

Di sini, kehadiran Gereja justru bermuara dari kata-kata Yesus sendiri: "Di atas batu karang ini (iman Petrus), Kudirikan jemaat-Ku" (Mat 16:1-20). Kata-kata ini diabadikan sebagai tanda bahwa Kristus menghendaki andanya Gereja. Kehadiran Gereja di sini dijamin oleh hadirnya Roh Kudus. Gereja sebagai mempelai perempuan dan Kristus sebagai mempelai pria, saling memberikan cinta dan dijamin melalui kehadiran Roh Kudus. Fundamentalisme eklesial menunjuk pada eksistensi Kristus sebagai pusat dan sumber dari segala ajaran.

Kontinuitas Ajaran

Gereja sejatinya selalu berubah (ecclesia semper reformanda). Ini adalah tuntutan sekaligus tantangan yang dihadapi Gereja. Di satu sisi, Gereja berusaha mempertahankan ajaran-ajaran yang sudah dihidupi dalam tradisi, dan di sisi lain, Gereja justru berhadapan dengan perkembangan zaman sekaligus perkembangan cara berpikir jemaat. Dinamisme hidup jemaat selalu menuntut Gereja untuk terus memperbarui diri. Teologi biasanya berawal dari pengalaman. Seseorang berteologi melalui pengalaman, lalu membuat sebuah sintesa tertentu tentag bagaimana Allah hadir dalam pengalaman personal kita.

Perkembangan yang Dramatis

Perkembangan dramatis menunjuk pada problematis dimana Gereja berbenturan dengan berbagai tantangan baru yang dihadapi Gereja. Perkembangan hidup manusia -- jemaat Kristen terutama dalam cara berpikir -- mendorong Gereja melakukan sesuatu. Gereja tidak hanya berguru pada ajaran yang telah dibakukan melalui tradisi atau doktrin tertentu, tetapi Gereja juga harus mengikuti dinamika hidup manusia. Manusia selalu berubah-ubah, maka ajaran pun ikut berubah.

Tahap awal perkembangan Gereja diyakini menjadi dasar ajaran Gereja yang berkembang saat ini. Kita memang dituntut untuk selalu berubah, akan tetapi perubahan itu sendiri tidak boleh menghilangkan karakter inti dari sebuah ajaran. Kita meyakini bahwa Kristus bangkit, dan dari situ Ia memberikan wejangan kepada para murid: "Pergilah, Aku mengutus kamu ke seluruh dunia" (Mat 26). Gereja dalam hal ini berawal dari Sabda Kristus sendiri.

Tradisi Gereja sebagai Kekuatan Ajaran

Selain Kitab Suci sebagai pegangan wejangan Kristus kepada Gereja, tradisi juga diayakini sebagai sumber pewarisan iman yang sah. Melalui tradisi-tradisi yang dihidupi, Gereja mendapat kekuatan untuk terus berdiri hingga saat sekarang. Dengan kata lain, tradisi Gereja yang diwariskan, baik lisan maupun tulisan, menyatukan jemaat agar selalu terarah pada Kristus.

Jika tradisi Gereja tidak ada, maka pengetahuan kita tentang iman akan Kristus tidak akan terarah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Iman kita kepada Kristus harus dipertanggungjawabkan, baik melalui perbuatan baik (perwujudan iman), maupun tindakan ibadah (ungkapan iman). Tradisi membesarkan Gereja untuk selalu berjalan pada track yang benar.

Tradisi Gereja berkembang dalam suatu tuntutan yang melebar. Gereja yang satu yang datang dari Allah Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus, berjalan di atas tradisi yang dihidupi sejak Jemaat Perdana. Pertama-tama, jemaat berhimpun, akan tetapi dalam komunitas, mereka berupaya untuk selalu membarui diri. Mula-mula, para pemimpin jemaat mempertentangkan tradisi-tradisi tertentu dalam hidup Jemaat Perdana. Sunat, misalnya dipermasalahkan demi keutuhan jemaat. Dalam hal ini, Gereja bertindak untuk menghidupakan suasana dimana jemaat bisa terarah pada Kristus yang bangkit.

Magisterium memiliki peran yang khas dalam mewariskan ajaran Gereja. Dokrtin Gereja, biasanya dijamin oleh Magisterium Gereja. Tugas Magisterium Gereja adalah memberi wewenang tertentu tentang ajaran Gereja. Wewenang mengajar Gereja memberi otoritas atau wewenang dalam penafsiran. Penjaminan pendidikan iman umat berada di bawah Magisterium Gereja. Dengan Magisterium Gereja, kontrol terhadap berbagai bidaah dan ajaran sesat bisa dilakukan. Jika tanpa ortoritas tertentu, orang jatuh pada hermeneutika radikal -- orang melakukan penafsiran secara sewenang-wenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun