Sebelum Konsili Vatikan II, pemberian minyak untuk mereka yang sakit bertujuan demi pengampunan dosa (the remission of sins) dan persiapan jiwa si sakit ketika menghadap Tuhan (the preparedness of the soul). Akan tetapi, pasca Konsili Vatikan II, imam atau pelayan sakramen tidak lagi meminta pengampunan dosa dari Tuhan, melainkan fokus pada penyembuhan fisik si sakit. Dengan demikian, si sakit pertama-tama akan memperoleh kesembuhan berkat penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan dikuatkan dalam situasi penderitaannya. Pembaruan ini secara jelas terlihat dalam rumusan doa.
Semua pembaruan ini, pada dasarnya bertujuan agar sakramen-sakramen yang diterima oleh umat Kristiani benar-benar menjadi tanda real kehadiran Kristus sekarang dan di sini. Selain itu, melalui penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Kristus yang berkarya dengan mujizat penyembuhan di zaman-Nya, justru tetap ada dan relevan di zaman sekarang melalui penerimaan sakramen-sakramen. Selain pembaruan konsep teologi di balik penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, hal-hal lain, seperti penggunaan istilah (dari sakramen pengurapan terakhir menjadi sakramen pengurapan orang sakit) dan bagian tubuh yang dioles (dibatasi hanya pada bagian tubuh yang bisa dijangkau, yakni dahi dan telapak tangan), menguatkan si sakit.
Penggunaan istilah kadang-kadang membuat si sakit menganggap sakramen Pengurapan Orang Sakit sebagai sakramen menuju kematian. Kesan menakutkan (horor) dengan penggunaan istilah Sakramen Pengurapan Terakhir, justru membuat si sakit merasa enggan untuk menerima sakramen. Oleh karena itu, tujuan dari pembaruan ini adalah menemukan kembali makna sebenarnya dari masing-masing sakramen.
Konsili Vatikan II dalam Sacrosanctum Concilium menekankan mengenai pentingnya pembaruan tertentu mengenai sakramen-sakramen (SC 73-75). Sebagai tanda kehadiran Kristus yang nyata di dunia, sakramen-sakramen perlu menjadi kekuatan bagi umat Kristiani. Proses, ritus dan berbagai unsur yang berkaitan dengan sakramen itu sendiri harus sesuai dengan makna sesungguhnya dan demi keselamatan umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H