Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jejak Pendidikan Jacques Derrida

30 Juli 2021   19:29 Diperbarui: 30 Juli 2021   19:32 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derrida melanjutkan pendidikannya di cole Normale Suprieure, Prancis. Banyak filosof ternama mendapat pengetahuan dan dibesarkan di cole Normale Suprieure. Ketika bergabung di cole Normale Suprieure, hanya empat mahasiswa yang mengambil jurusan filsafat, yakni Michel Serres and Derrida dari Louis-le-Grand dan dua dari Henri-IV (Pierre Hassner dan Alain Pons). Karena keempatnya selalu terpisah, hal ini tentunya membuat mereka selalu mencari pengetahuan tambahan secara personal.

Derrida selalu mengikuti kuliah ekstra di Sorbonne, yang diberikan oleh Henri Gouhier, Maurice de Gandillac, Ferdinand Alqui, dan Vladimir Janklvitch. Pada hari pertama kuliah, Derrida diberi kesempatan untuk menjumpai Louis Althusser -- saat itu belum terlalu terkenal dan belum mempublikasikan karya apapun. Dalam beberapa Minggu, Derrida mulai mengikuti kuliah psikologi bersama Michel Foucault. Derrida sangat mengagumi Foucault. Ia bahkan memuji Foucault: "Kata-katanya, pendiriannya, serta kepandaiannya sungguh mengesankan."

Pada bulan Juli 1961, Derrida berhasil merampungkan tulisannya mengenai komentar atas tulisan Edmund Husserl. Ketika mempublikasikan karya pertamanya The Origin of Geometry (1963), Derrida berusaha menghapus nama depannya Jackie. Ia menulis demikian:

I changed my first name when I began to publish, at the moment I entered what is, in sum, the space of literary or philosophical legitimation, whose 'good manners' I was practising in my own way. In finding that Jackie was not possible as the first name of an author, by choosing what was in some way, to be sure, a semi-pseudonym but also very French, Christian, simple, I must have erased more things than I could say in a few words [. . .]."

Kecintaannya pada pengetahuan membuat ia berusaha untuk mempelajari banyak karya. Salah satu karya yang diberhasil ditulis adalah mengenai komentarnya atas tulisan Edmund Husserl berjudul Ideas Pertaining to a Pure Phenomenology and to a Phenomenological Philosophy. Karya ini berhasil diterjemahkan oleh Derrida dan diberi pengantar dan komentar oleh Paul Ricoeur. Derrida disebut sebagai pembaca Husserl paling menakjubkan daripada Jean-Paul Sartre dan Merleau-Ponty.

Disertasi Derrida juga mengangkat tema mengenai fenomenologi Husserl, The Problem of Genesis in Husserl's Philosophy, di bawah bimbingan Maurice de Gandillac -- mahasiswa senior Sartre di cole Normale Suprieure, dan menjadi profesor bidang filsafat di Sorbonne sejak 1946. Sejatinya Derrida tidak menempatkan Husserl sebagai tokoh filsafat yang mengesankan dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun