Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengulas Biografi Jacques Derrida

29 Juli 2021   23:01 Diperbarui: 29 Juli 2021   23:33 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jacques Derrida. Foto: https://apeatmaja.wordpress.com/.

Latar belakang hidup seorang tokoh, pada dasarnya membantu seseorang untuk memahami karya-karyanya. Sebuah pertanyaan berkaitan dengan urgensitas biografi hidup seorang tokoh dilontarkan Jacques Derrida ketika memberikan ceramah di Universitas New York, pada Oktober 1996.

Pada kesempatan itu, Derrida melontarkan pertanyaan demikian, "Apakah seorang filosof memiliki sebuah kehidupan? Apakah Anda mampu menulis biografi seorang filosof?" Pertanyaan Derrida lahir dari sebuah permenungan yang mendalam. Derrida menyadari betapa pentingnya biografi hidup seorang tokoh. Dalam sebuah pernyataan yang cukup provokatif ia mengatakan:

"Seperti yang Anda ketahui bahwa filsafat tradisional mengecualikan biografi hidup seorang tokoh.  Filsafat tradisional mempertimbangkan biografi sebagai sesuatu yang berada di luar filsafat. Kalian akan mengingat bagaimana referensi Martin Heiddeger atas Aristoteles: Bagaimana kehidupan Aristoteles? Jawabannya ada pada kalimat singkat ini: ia dilahirkan, berkarya dan mati."

Latar belakang kehidupan seorang tokoh selalu membentuk horizon berpikirnya di kemudian hari. Pengalaman perjumpaan dengan lingkungan, budaya, agama, dan sebagainya membentuk formasi berpikir dan perilaku hidup. Proses interaksi dengan lingkungan, pada akhirnya melahirkan beragam cara pandang yang unik.

Sebagaimana para pemikir lainnya, Jacques Derrida juga memiliki latar belakang hidup yang menarik untuk didalami. Konstruksi pemikirannya gamblang terlihat dari gagasan-gagasannya yang kritis. Dalam kerangka memahami tulisan-tulisan Derrida, maka potret kehidupan tokoh menjadi penting untuk ditelusuri.

Potret Hidup Jacques Derrida  

Jacques Derrida adalah seorang pemikir postmodern yang sangat kontroversial. Pada tahun 1992, ia mendapat gelar doctor honoris causa dari Universitas Cambridge. Gagasan-gagasannya sangat kritis dan teliti. Banyak konsep pengetahuan tertentu sezamannya didobrak dan mulai dibongkar untuk ditata kembali. Menurut Derrida, kultur berpikir hirarkis yang dibangun dalam horizon berpikir filsafat menyimpan benih kekuasaan yang diwariskan hingga sekarang. Hal ini tampak dalam kritikanya atas metafisika kehadiran yang memuat logocentrisme.

Jacques Derrida lahir El Biar, daerah pinggiran Aljazair -- Afrika Utara pada tanggal 15 Juli 1930. Ia dilahirkan dengan nama Jackie Elie Derrida. Ayah Derrida bernama Aim Derrida berkebangsaan Aljazair sedangkan ibunya bernama Georgette Sultana Esther Safar. Derrida memiliki empat saudara, yakni Ren Abraham, Paul Mose, Janine dan Norbert. Keluarga Derrida berasal dari keturunan Yahudi. Pengaruh tradisi Yahudi membentuk prilaku dan relasinya dengan lingkungan tempat ia berinteraksi. Latar belakang keluarganya yang berdarah Prancis-Yahudi membuatnya semakin kritis dan agresif dalam berelasi.

Pada tanggal 24 Oktober 1870, Perdana Menteri Prancis, Adolphe Crmieux memberikan hak kewarganegaraan Prancis kepada 35.000 orang Yahudi yang tinggal di Aljazair. Akan tetapi, gelombang anti-Semitis tetap hidup setelah keputusan ini. Konsekuensi dari keputusan Adolphe Crmieux tentunya meningkatkan proses asimilasi orang Yahudi ke dalam gaya hidup orang Prancis. Hal ini dialami oleh keluarga Derrida. Proses transformasi cara berpikir dan gaya hidup mulai dipengaruhi oleh kebudayaan Prancis. Mengenai hal ini, Derrida mengatakan:

"Saya adalah bagian dari sebuah transformasi yang luar biasa dari keluarga Yahudi-Prancis yang ada di Aljazair. Kakek dan nenek saya masih dekat dengan kultur Arab, di mana mereka masih mempertahankan bahasa dan adat-istiadat. Akan tetapi, di akhir abad XIX, ketika Crmieux mengeluarkan dekritnya, mulai muncul perubahan di mana generasi berikutnya semakin borjuis. Sampai pada generasi kedua orangtuaku, ada yang menjadi pemikir, menjadi pengusaha sukses, serta menjadi pejabat-pejabat publik."

Derrida adalah seorang murid yang cerdas. Ia selalu menjuarai kompetisi akademis di kelas. Akan tetapi, latar belakang kewarganegaan Prancis-Yahudi membuatnya selalu mendapat perlakuan tidak adil di kelas. Ia banyak kali berhenti dan berpindah-pindah sekolah hanya karena latar belakang keluarga dan identitasnya.

Pengaruh diskriminasi orang-orang Yahudi di Prancis dan keterhubungan antara Prancis-Aljazair, akhirnya membuat Derrida juga ikut mendapat perlakuan yang sama, yakni dipinggirkan. Penampakan yang sangat jelas terjadi ketika tentara Prancis dikalahkan oleh kekuatan tentara Jerman. Di bawah kepemimpinan Marshal Ptain orang-orang Yahudi di Aljazair semakin diperlakukan secara tidak adil dan bahkan orang-orang Yahudi dianggap sebagai ras yang seharusnya dimusnahkan seperti anjing-anjing rabies.

"Selama beberapa tahun, anti-Semitisme berkembang di Aljazair daripada di wilayah manapun di Prancis metropolitan. Hak yang ekstrem berkampanye atas keputusan pengadilan dihapuskan, sementara berita utama di Petit Oranais diulang dari hari ke hari: 'Kita perlu menghujani sinagoga dan sekolah Yahudi dengan belerang dan jika mungkin melempar mereka ke api neraka, untuk menghancurkan rumah orang Yahudi, merebut ibu kota mereka dan mengusir mereka ke ladang seperti anjing-anjing rabies."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun