Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pencetus psikoanalisis yang juga turut membentuk cakrawala berpikir tokoh berpengaruh asal Prancis Michel Foucault. Perkenalan Foucault dan teori psikoanalisis Freud terbaca dari perolehan gelar license Foucault dalam bidang psikologi dan psikopatologi. Selain itu, kedekatan Foucault dengan ilmu psikologi juga terlihat dari keterlibatan dirinya melakukan eksperimen di rumah sakit jiwa Sainte Anne. Singkat kata, Foucault tentu banyak bersinggungan dengan teori psikoanalisis Freud.
Dalam teori psikoanalisis, Freud membagi kehidupan mental dalam dua tingkatan, yakni alam bawah sadar (unconscious) dan alam sadar (conscious). Alam bawah sadar mencakup dua bagian, yaitu alam bawah sadar sesungguhnya dan ambang kesadaran (preconscious). Ketiga tingkatan kehidupan mental ini digunakan untuk menentukan proses maupun lokasi suatu peristiwa.
Alam bawah sadar mengandung semua dorongan, desakan atau insting yang melampaui alam sadar dan memotivasi sebagian besar kata-kata, perasaan dan tindakan seseorang. Alam bawah sadar tidak dapat dijangkau oleh pikiran sadar. Meskipun demikian, keberadaannya dapat dibuktikan walaupun tidak secara langsung. Menurut Freud, alam bawah sadar adalah penjelasan bagi makna di balik berbagai mimpi, selip-selip, dan jenis kelupaan tertentu yang disebutnya sebagai efek dari sebuah represi.
Ambang kesadaran mengandung elemen-elemen yang tidak sadar namun dapat menjadi sadar entah dengan cara yang mudah atau pun sulit. Isi dari ambang kesadaran, yakni persepsi-persepsi alam sadar dan imaji-imaji alam bawah sadar. Persepsi-persepsi bersifat sadar hanya selama berada di periode transitoris dan cepat berlalu ke ambang kesadaran apabila fokus perhatian manusia bergeser ke ide-ide. Imaji-imaji alam bawah sadar dapat menyelinap ke ambang kesadaran, tetapi dalam bentuk samaran, kemudian dapat muncul lagi di alam sadar dalam bentuk kecemasan yang akhirnya direpresi kembali.
Alam sadar mengandung elemen-elemen mental yang disadari pada suatu titik waktu tertentu. Ide-ide dapat mencapai alam sadar melalui dua jalan yakni berasal dari sistem kesadaran mempersepsi, yang menatap ke dunia luar dan bertindak sebagai medium untuk mempersepsi stimulus-stimulus eksternal. Jalan kedua berasal dari dalam struktur mental dan meliputi ide-ide dari ambang kesadaran yang tidak mengancam dan imaji-imaji alam bawah sadar yang berbahaya namun sudah disamarkan.
Freud juga membagi jiwa dalam tiga bagian yakni id, ego, dan superego. Id adalah sesuatu yang primitif, khaos dan tidak terakses bagi alam sadar, tidak dapat diubah, amoral (bukan immoral), tidak logis, tidak terorganisasikan, dan selalu dipenuhi energi yang diterimanya dari dorongan-dorongan dasar menuju pemuasan prinsip kesenangan. Ego merupakan satu-satunya wilayah jiwa yang terhubung dengan realitas.
Ego mencakup sebagian sadar, sebagian ambang sadar, dan sebagian bawah sadar maka ia dapat membuat keputusan bagi masing-masing tingkatan mental ini. Ego berfungsi untuk mempertimbangkan klaim-klaim dari id, superego, dan dunia eksternal.
Ego bereaksi dengan cara yang dapat diprediksi (menjadi cemas), lalu menggunakan represi dan mekanisme pertahanan lainnya untuk melawan kecemasan.Â
Superego merepresentasikan aspek moral dan ideal kepribadian dan dituntun oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik sebagai lawan bagi prinsip kesenangan id dan prinsip realitas ego.
Freud juga mengemukakan tentang mekanisme-mekanisme pertahanan ego, antara lain represi, pembentukan reaksi, pengalihan, fiksasi, regresi, proyeksi, introyeksi, dan sublimasi. Masing-masing mekanisme pertahanan ini berlandaskan pada represi.Â
Dengan kata lain, represi merupakan mekanisme pertahanan ego yang paling dasar. Kapan pun ego merasa terancam oleh impuls-impuls id yang tidak diinginkan, ego memaksa perasaan-perasaan yang mengancam itu kembali lagi ke alam bawah sadar. Hal ini terjadi berulang kali di sepanjang hidup manusia.
Dalam tulisan Foucault, psikoanalisis muncul sebagai yang sama sekali berbeda. Hal ini tampak dalam karyanya The History of Sexuality. Baginya, psikoanalisis merupakan bagian dari sejarah.Â
Di dalamnya, Foucault mengkritik adanya represi seksual. Melalui teori diskursus, Foucault berpendapat bahwa budaya borjuis tidak menekan seksualitas, tetapi melalui penyebaran diskursus dalam seks, termasuk psikoanalisis, bentuk praktek seksual tercipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H