Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabtu, Kenangan, dan Kita

3 Juli 2021   21:11 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sebenarnya diminta 'tuk nulias apa saja, kan? Cakupan tema yang kamu berikan, sebetulnya terlalu luas. Jika batasan tema dipakemkan, aku bisa ngatur konsep tulisanku. Jujur, aku nulis catatan ini sambil ngerjain skripsi. Tapi, aku tetap fokus nulis catatan ini ketimbang nulis skripsi. Dua-duanya kuanggap penting dan banyak nyumbang value. 

Aku sendiri sangat terharu ketika kamu ngeluh soal keegoisanku -- kenapa aku tidak pernah menulis kisah tentang perjalanan kita dan khususnya orang spesial. Keluhanmu sangat positif. Aku akhirnya terperanjat. Sebetulnya untuk apa minta tulisan seperti ini? Aku tahu, itu urusan pribadi. Jadi aku sangat tidak berharap kamu menyampaikan alasan kenapa sampai meminta aku 'tuk menulis. #Disimpan dulu jawabannya!

Kamu tahu bahwa aku sangat suka menulis. Saya adalah orang yang paling rakus. Rakus menulis (#belagu). Tapi, dari berbagai tulisan yang pernah kurangkai, sejatinya tulisan yang kamu baca inilah yang sangat sulit digarap. Bukan karena malas, susah ngatur bahasa, susah nempatin diksi atau apalah, melainkan karena kamu. Kamu sebetulnya tengah menghentikan imajinasiku tentang "kita." Keluasan dirimu menghentikan imajinasiku 'tuk menulis.

Ketika mulai mengetik satu kata pada tulisan ini, aku seakan-akan menghentikan imajinasi. Pertama-tama, aku harus jatuh cinta pada masa lalu dan berusaha"menggerayanginya" agar mudah memberiku alur kisah. Kamu tahu bahwa kita berdua bermula dari masa lalu. Kita sekarang ada di sini dan tengah menuju ke depan.

Permintaanmu 'tuk menulis sebuah catatan seperti ini adalah jembatan yang berusaha kamu bangun agar masa lalu tetap terhubung. Terhubung dengan apa? Ya, paling tidak terhubung dengan kita sebagai pencipta masa lalu itu sendiri. Kamu mungkin takut bahwa masa lalu dengan mudah dilupakan dengan hadirnya esok dan keasyikan hari ini. Kamu benar.

Kekuatiran yang kamu alami juga kualami saat ini. Aku ingat bahwa masa lalu telah membesarkan kita hingga sekarang. Masa lalu adalah kita karena kita sendirilah penggagasnya. Saya senang karena aku dan kamu telah berhasil menciptakan sesuatu yang kerapkali dinamakan masa lalu itu. Dari masa lalu, kita menemukan perubahan.

Perubahan adalah salah satu keberhasilan dalam berelasi. Aku sendiri sadar bahwa ada begitu banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku berkat koneksi denganmu. Satu hal yang paling kusyukuri adalah aku bisa mendapatkan orang sebaik kamu. Litani kebaikan tentang dirimu tidak mampu ditampung dan dituangkan dalam tulisan ini. Aku belajar banyak dari kamu soal bagaimana menjadi orang yang sabar, pengertian, dewasa, rendah hati, royal, berjuang, dan banyak hal baik lainnya.

Satu lagi, kamu mengajarkanku tentang bagaimana seharusnya membangun sebuah relasi. "Ingat, sama yang 21-an jangan digombalin, tapi diseriusin!" Kata-kata ini sangat mendalam. Aku tidak hanya berhenti pada keasyikan 'tuk memikirkan kata-kata ini. Aku tahu, kamu butuh seorang partner dalam hidup. Partner yang serius, berani, dan bertanggung jawab. Karakter ini "mungkin" tidak kamu temukan dalam kepribadianku. So, aku minta maaf.  

Aku sebenarnya sangat ingin membangun relasi yang serius dengan kamu. Tapi, kamu tahu bahwa keinginan itu tentunya sangat berat untuk diperjelas. Seandainya kamu dapat hidup denganku selamanya, aku sendiri merasa bahagia. Kebahagiaan yang kudapat, ditemukan dalam berbagai kelopak interaksi, entah itu saat sekadar ngobrol, diajak ketemuan, perhatian, hingga ngasi masukan soal hal-hal yang kecil sekalipun.

Semuanya ini adalah pengetahuan berharga yang pernah kudapat. Mungkin kamu membutuhkan waktu ujian sekadar untuk tahu seberapa dalam aku memahami semua pengetahuan yang kuterima dari kamu. Toh selama ini, aku yang selalu menguji kesetiaanmu. Aku kerapkali membuat kamu menangis, sedih, sepi, terkungkung, atau apalah. Dari caramu membalas keegoisanku ini, betapa aku merasa bahwa kamu sangat mencintaiku. Hanya saja, aku kadang...Ya begitulah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun