Pola perilaku kelas dominan biasanya membedakan diri dari kelas borjuasi kecil dan kelas populer. Dan, di antara kelas dominan, terdapat perbedaan lagi antara bos industri, dokter/insinyur, dan dosen. Salah satu cara untuk membedakan diri dari dua kelas yang lain ialah melalui tiga struktur konsumsi: makanan, budaya, dan penampilan. Yang termasuk konsumsi makanan harus diperhitungkan juga makan di restoran.
Pengeluaran untuk kepentingan budaya termasuk buku, koran, majalah, VCD/CD, komputer, olahraga, musik, tontonan, teater, dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran untuk penampilan termasuk, pakaian, sepatu, salon, pembantu, kebersihan, keperluan toilette, dan sebagainya. Pada bos industri, pengeluaran untuk  makanan cukup tinggi (37, 4 %), dokter/insinyur (24, 4%), dan dosen (24, 4%). Pengeluaran untuk penampilan pada bos industri (12, 7%), dokter/insinyur (22, 2%), dan dosen (12%). Sedangkan untuk konsumsi budaya, bos industri (1,3 %), dokter/insinyur (2,3%), dan dosen (4,3%).
Ketiga struktur konsumsi itu mempunyai makna dalam hubungan kekuasaan. Pilihan jenis makanan, jumlahnya, dan cara makan menentukan untuk menunjukkan diri berasal dari kelas sosial yang mana. Cara penampilan, cara memilih bahan yang dipakai juga memberi ciri khas pelaku, rasa percaya diri, dan menentukan pergaulan.
Demikian juga pengeluaran konsumsi budaya menjadi acuan kelas-kelas sosial yang lain. Budaya yang berlaku biasanya adalah budaya kelas dominan. Upaya membedakan diri dari kelas-kelas sosial lain merupakan bagian dari strategi kekuasaan. Tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan. Maka, kecenderungan kelas yang didominasi adalah mengikuti budaya kelas dominan dan pola-pola pilihan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H