Sebutan yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Paulus menjelaskan maksud kiasan itu:
"Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak -- segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh -- demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh" (1Kor 12:12-13).
Dengan gambaran "tubuh", Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat, kendatipun ada aneka karunia dan pelayanan (lih. ay. 7). Gereja itu satu. Ia menegaskan, bahwa "mata tidak dapat berkata kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau. Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: Aku tidak membutuhkan engkau" (ay, 21). Sebab "tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota" (ay. 14). Maka ditarik kesimpulan: "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya" (ay. 27). Hal yang sama dikatakan dalam surat kepada umat di Roma (12:4-5).
Tetapi dalam surat kepada umat Kolose dan Efesus gagasan ini dikembangkan lebih lanjut. Dalam Ef 1:23 dikatakan bahwa "jemaat adalah tubuh Kristus, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dari segala sesuatu" (bdk. Kol 1:18.24). Di sini yang dimaksudkan bukanlah kesatuan antara para anggota jemaat, melainkan kesatuan jemaat dengan Kristus. Oleh karena itu Kristus juga disebut "kepala" Gereja (lih. Ef 1:22; 4:15; 5:23; Kol 1:18). Hal itu jelas dari Ef 4:16:
"Kristus adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."
Dari satu pihak dipertahankan gagasan Paulus mengenai kesatuan dalam jemaat, yang "diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya". Tetapi dari pihak lain dengan jelas dikatakan bahwa jemaat itu "menerima pertumbuhannya" dari Kristus, yang adalah Kepala. Di sini pun masih dipergunakan bahasa kiasan, tetapi bukan sebagai perbandingan saja. Dengan gambaran tubuh mau dinyatakan kesatuan hidup antara Gereja dan Kristus. Gereja hidup dari Kristus, dan dipenuhi oleh daya ilahi-Nya (lih. Kol 2:10).
Perlu diperhatikan bahwa teks-teks Kitab Suci mengenai Tubuh Kristus berbicara mengenai Kristus yang mulia. Tuhan yang mulia "dengan mengaruniakan Roh-Nya secara gaib membentuk orang beriman menjadi Tubuh-Nya" (LG 6). "Dialah damai-sejahtera kita" (Ef 2:14), Dia yang dalam Injil Yohanes telah bersabda: "Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yoh 12:32).
Dalam arti sesungguhnya, proses pembentukan Tubuh baru mulai dengan peninggian Yesus, yakni dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Tetapi itu tidak berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut-pautnya dengan pembentukan Gereja. Memang tidak dapat ditentukan suatu hari atau tanggal Yesus mendirikan Gereja. Tidak ada "Hari Proklamasi Gereja". Gereja berakar dalam seluruh sejarah keselamatan Tuhan, dan terbentuk secara bertahap.
Dalam proses pembentukan itu wafat dan kebangkitan Kristus, beserta pengutusan Roh Kudus, merupakan peristiwa-peristiwa yang paling menentukan. Sebelumnya sudah ada kejadian yang amat berarti, misalnya panggilan kedua belas rasul dan pengangkatan Petrus menjadi pemimpin mereka. Peristiwa terakhir itu dalam Injil Matius dihubungkan secara khusus dengan pembentukan Gereja: "Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku" (Mat 16:18). Namun banyak orang berpendapat bahwa sabda Yesus ini pun tidak berasal dari situasi sebelum kebangkitan-Nya.
Pertama-tama harus dikatakan bahwa sabda Yesus ini hanya terdapat dalam Injil Matius saja, Dan pada umumnya diterima bahwa Matius menggabungkannya pada teks yang sudah terdapat pada Markus. Kemungkinan besar Markus pun dengan sengaja menempatkan pengakuan Petrus ini (Mrk 8:29 = Mat 16:16) di tengah-tengah Injilnya. Dengan demikian pengakuan iman akan Yesus dikembangkan secara bertahap: Petrus dahulu (8:29), "Engkau adalah Mesias", dan kemudian kepala pasukan di bawah salib (15:39), "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah".
Cukup mengherankan bahwa sesudah pengakuan Petrus yang begitu jelas, di kemudian hari para rasul, termasuk Petrus sendiri, masih begitu bingung dan seolah-olah sama sekali tidak mengetahui siapa Yesus sebenarnya. Mungkin hal itu mau ditutup oleh Markus dengan larangan Yesus "supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia" (Mrk 8:30). Tetapi larangan ini juga mengherankan, bahkan membingungkan. Sebab baru saja Yesus bertanya kepada mereka "Siapakah Aku ini?" Seandainya Yesus tidak mau dikenal orang, mengapa Ia bertanya mengenai diri-Nya? Mungkin semua ini rumusan Markus yang memindahkan pengakuan Petrus dari situasi sesudah kebangkitan ke dalam peristiwa Kaisarea Filipi.
Kendatipun penugasan Petrus dikaitkan secara langsung dengan Gereja, yang sesungguhnya dibicarakan bukanlah Gereja melainkan Petrus dan peranannya. Maka akhirnya memang tidak ada satu peristiwa atau kisah pun yang secara khusus menceriterakan bagaimana Yesus mendirikan Gereja. Gereja berkembang dalam sejarah keselamatan Allah. Oleh karena itu Gereja sekarang masih tetap pada perjalanan menuju kepenuhan rencana Allah itu. Gereja bukan tujuan, melainkan sarana dan jalan yang mengarah kepada tujuan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H