Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Perjumpaan dalam Dunia Pendidikan

28 Mei 2021   21:37 Diperbarui: 28 Mei 2021   22:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John Hannah, mantan Rektor Universitas Negara-Negara Bagian Michigan Amerika Serikat pernah berujar soal pendidikan. John Hannah menjelaskan demikian: "....The meeting of developed mind with developing minds, that is what education is all about." Dengan kata lain, pendidikan adalah pertemuan antara pikiran yang telah berkembang dan pikiran yang yang sedang mekar.

Sekilas tentang pendidikan menyerupai perjumpaan; menyerupai pertemuan, menyerupai dialog-interaksi. Bagaimana perjumpaan itu sebenarnya? Apakah perjumpaan atau pertemuan dalam hal ini hanya bersifat sekilas-sementara atau seperti apa? Terkait pertanyaan ini, kita sampai pada kekuatan dari perjumpaan itu sendiri. Hal yang dituntut dalam perjumpaan adalah keaktivan -- baik dari mereka yang sudah berkembang cara berpikirnya maupun mereka yang pikirannya masih selebar kuncup.

Dalam bilik pendidikan, perjumpaan menuntut relasi dan reaksi. Di sana perlu disediakan pula ruang dan waktu. Maka, sebetulnya jika mau meminang pengetahuan, setidaknya perjumpaan merupakan sesuatu yang dimungkinkan. 

Perjumpaan itu tak lain adalah roh dari pendidikan. Ketika seorang peserta didik menjumpai guru atau dosennya, sebetulnya sebagian dari pengetahuan itu sudah mekar. Indikator mekar hadir dalam angan-angan, kekaguman, dan mungkin spekulasi mengenai sosok sang pendidik.

Gambaran pendidikan yang dikemukakan oleh John Hannah sejatinya memiliki kesamaan pemahaman seperti yang digambarkan dalam sketsa alam pikiran Yunani Kuno. Pikiran Permadi yang tajam, lincah, dan tengah mekar misalnya, bertemu dengan pikiran Maharesi Padmanaba yang sungguh-sungguh mumpuni dan buntas ing kawruh. Keduanya dipadukan menjadi satu dan saling mengisi. Di sana-lah terjadi dialog intens antara pengetahuan dan keingintahuan.

Di masa pandemi Covid-19 ini, ruang perjumpaan hanya sebentar dan lekas kelar. Di ruang kelas yang kebanyakan sudah direhap dan disteril, perjumpaan memang masih tak dimungkinkan. Akan tetapi, perjumpaan secara virtual selalu dihidupkan. Artinya, perjumpaan merupakan konsep inti dari pendidikan --  apapun tantangannya, tetap diusahakan agar perjumpaan tetap terjadi. Jika mau dididik tanpa adanya perjumpaan, jangan pernah berharap pengetahuan bisa didialogkan juga dikembangkan.

Di ruang perjumpaan, biasanya interaksi lebih terkesan dalam dan lebar. Lebih dalam artian para peserta didik dipacu untuk berpikir dan bertanya. Grafik spekulasi dalam ruang interaksi -- khususnya di ruang kelas fisik -- lebih membantu proses transasksi pengetahuan. Seorang siswa akan terbantu memahami mata pelajaran tertentu jika ia sering berinteraksi, bertanya, dan berdialog. Hadir untuk ada dalam hukum perjumpaan saja, sudah membantu mekanisme dialog pengetahuan berjalan.

Sedangkan lebar, sejatinya lebih mengarah pada komponen wawasan yang hendak didalami dan dipahami. Semakin sering seorang peserta didik berinteraksi, baik dengan pengajar maupun sesama peserta didik yang lain, semakin luas juga wawasan berpikir yang akan dikembangkan. Ruang perjumpaan dalam hal ini membantu para peserta didik untuk bebas berpikir dan mengandai atau berimajinasi terkait jenis pengetahuan yang diajarkan.

Selama masa pandemi Covid-19, kekuatan dari institusi pendidikan (perjumpaan atau pertemuan) persis ditiadakan. Banyak orang mulai cemas dan takut dengan perkembangan cara berpikir masa depan generasi. Adanya loncatan model dialog pengetahuan selama hampir dua tahun empat semester, hemat saya tentu membawa dampak buruk bagi proses pengolahan pengetahuan dari para peserta didik.

Ketika sekolah tatap muka ditiadakan, sebetulnya kita tengah menghilangkan roh dari dunia pendidikan itu sendiri. Tapi mau apalagi, pandemi ini tak akan hilang meski sudah digebuk beragam prediksi. Sekolah tetap ditutup, interaksi tetap mengandalkan komunikasi online, dan anak-anak diawasi kedua orangtua. Jika masih mempertahankan sistem belajar online, saran saya, mari kita tetap setia, kreatif, dan bersemangat dalam menciptakan ruang perjumpaan. Di halalam perjumpaan, pendidikan mendapat roh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun