Kembali ke fitrah. "Fithrah Allah al-ladzi fathara al-nasa aliha" yang berarti maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dan memahaminya (QS al-Rum30:30).
Inilah penggalan ajakan yang digaungkan saat Idul Fitri. Kita diajak kembali ke fitrah -- kembali menjadi citra Allah yang sempurna. Kembali kepda keluhuran hati nurani, kembali ke jati diri kita yang paling orisinil (genuine). Citra Allah ini, pada mulanya suci, bersih, kudus. Maka, Idul Fitri tak lain adalah sebuah momen kemenangan, momen bersyukur dimana segala upaya menuju fitrah yang sempurna itu dikawal baik selama bulan Ramadhan. Di saat Idul Fitri, perayaan kemenangan itu kembali dibuka, disyukuri, diberi makna, dan dijadikan momentum. Pada bilik Idul Fitri-lah, kesempatan untuk menjadi sempurna, suci, dan bersih diberi ruang.
Hari ini, di momen yang sama, umat Kristen merayakan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih. Bagi orang-orang Kristen, momen Kenaikan Yesus Kristus adalah kesempatan dimana orang-orang yang menaruh percaya kepada Yesus yang bangkit diberi mandat agung. Tugas ini hadir dalam wujud perutusan: "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk!" (Markus 16:15).
Mandat agung ini kemudian diamini dan dilaksanakan oleh semua orang Kristiani di seluruh dunia. Perutusan tentang Kabar Baik (eu-anggelion) menjadi sarana dimana kedamaian, keharmonisan, dan cinta dibangun. Fondasi utamanya terletak pada kasih Kristus. Yesus mula-mula menyampaikan amanat perutusan kepada para murid sebelum kenaikan-Nya ke surga, lalu wejangan ini diteruskan dan dihidupkan hingga sekarang oleh Gereja.
Dua momen penting hari ini -- Kenaikan Isa Almasih dan Idul Fitri -- menjadi tanda bahwa kebhinekaan kita sebagai sebuah bangsa yang selalu terarah kepada Tuhan yang sama. Sila pertama Pancasila sejatinya sudah menjelaskan segalanya terkait keberimanan kita. Ketuhanan Yang Maha Esa telah merangkul kebhinekaan, keberagaman, perbedaan, dan kekayaan hidup keberimanan kita. Hemat saya, dua perayaan besar hari ini mampu mengembalikan kita ke fitrah Allah yang sempurna, sekaligus mendorong kita untuk menyampaikan Kabar Baik (silaturahmi) kepada sesama.
Umat Islam telah menyelesaikan Ramadhan (puasa agung) sebagai jembatan menuju fitrah dan umat Kristiani telah menerima amanat perutusan setelah Kenaikan Isa Almasih. Dua momen kemenangan pun jatuh di hari yang sama. Ketika jatuh pada hari yang sama, silaturahmi pun terbuka dan diteruskan ke generasi-generasi berikutnya. Tentunya, kita tak hanya berhenti di selebrasi. Kita butuh silaturahmi -- dari hati ke hati. Kita butuh tempat dan waktu untuk berbuka bersama. Di sini dan saat ini.
Kembali berbuka (Idul Fitri) dan menerima perutusan baru (Kenaikan Yesus Kristus) adalah dua perayaan yang terarah pada "telos" yang sama, yakni menjadi suci, bersih, dan kudus. Dengan kata lain, dua perayaan besar hari ini mengingatkan masing-masing pemeluk agama agar taat pada kehendak Allah. Jika kembali ke kisah penciptaan, manusia sejatinya dikarunia rahmat khusus sebagai citra Allah yang unik. Ruang keunikan ini hadir dalam wujud pribadi yang belum terkontaminasi. Ketika menyatu dengan dunia, manusia tak mampu membendungi kecenderungan-kecenderungan lahiriah-duniawi. Saat itu-lah manusia jatuh ke dalam dosa.
Akan tetapi, manusia diberi karunia khusus untuk kembali kepada situasi semula. Melalui iman, manusia diantar untuk memperbaiki tingkah laku, sikap, perbuatan, dan tutur katanya. Manusia, melalui alur Ramadhan, didorong untuk mengkontemplasikan situasi keberimanannya. Melalui masa Prapaskah, mereka yang percaya kepada Isa Almasih diantar menuju kemenangan atas maut dan dosa. Baik Idul Fitri maupun Kenaikan Isa Almasih, keduanya memberi kesadaran pada manusia agar kembali pada citra asalinya. Kedua perayaan ini menyadarkan manusia agar selalu mengisi tabung kehidupan spiritualnya setiap saat.Â
Minal aidin wal faidzin. Selamat merayakan Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H