Keterhubungan (connectivity) merupakan salah satu kebutuhan dasar Gereja dari abad ke abad. Pasca kebangkitan Yesus, murid-murid merasa ditinggalkan -- terlepas dari pokok yang menghidupkan. Keadaan berpisah dari Yesus, tidak serta-merta menyudahi relasi dan komitmen yang telah dibangun semasa hidup. Meski Yesus tak lagi ada bersama keduabelas murid-Nya, relasi tetap dibangun.
Injil hari ini (Yohanes 15:1-8), sejatinya berbicara mengenai review kuliah umum Yesus bersama keduabelas murid. Jika kita melihat kerunutan teks yang dibaca, perikop Injil hari ini ditempatkan dalam konteks sebelum peristiwa sengsara, wafat, dan bangkit. Meskipun ditempatkan sebelum peristiwa Paskah, kebaruan pesan yang disampaikan tetap kuat pasca kebangkitan Yesus. Gereja menempatkan teks Injil hari ini pada Masa Paskah sebagai sebuah bentuk penegasan mengenai formasi relasional Yesus dan para murid.
Penegasan Yohanes mengenai Pribadi Yesus memang sudah diperlihatkan beberapa kali. Penegasan Pribadi Yesus terlihat melalui ungkapan: "Akulah Gembala yang Baik" (Yohanes 10:1-21), "Akulah Jalan, Kebanaran, dan Hidup" (Yohanes 14:6), "Akulah Pintu" (Yohanes 10:7), "Akulah Terang Dunia" (Yohanes 8:12), dan "Akulah Pokok Anggur" (Yohanes 15:1-8). Segala bentuk penegasan ini menunjukkan bahwa Yesus merupakan pokok, sumber, kekuatan, dan arahan. Sebagai Pokok Anggur, Yesus menjadikan Diri-Nya penopang dan pemberi hidup.
Jika Yesus adalah Sang Pokok Anggur Sejati, lalu siapa yang dimaksudkan-Nya dengan ranting-ranting? Yesus menyebut Diri-Nya Pokok Anggur dapat dipahami dalam konteks formasi kemuridan. Ranting-ranting yang dimaksudkan Yesus dalam hal ini adalah keduabelas murid. Jika ranting-ranting bisa berbuah dan buahnya bertambah banyak, mereka harus tinggal pada pokok anggur, yakni Kristus sendiri. Ranting yang berkualitas, pada dasarnya mendapat asupan gizi dari pokok anggur. Relasi ini harus dikokohkan, dikuatkan, dan diberi perhatian penuh.
Bagi Yesus, ranting yang baik dan berkualitas didapatkan melalui perawatan dan perhatian yang intensif. Ranting yang tidak berbuah perlu dipangkas dan ranting yang berbuah perlu dibersihkan agar berbuah lebih banyak (Yohanes 15:2).Â
Dalam formasi keanggotaan para murid pasca badai Paskah, formasi keanggotaan harus diseleksi dengan baik. Ada nama Paulus, Barnabas, dan Matias yang menggantikan Yudas. Semua keanggotaan baru dalam formasi kemuridan ini, tetap berpedoman pada Sang Pokok Anggur Sejati, yakni Yesus Kristus.
Dalam hidup harian kita, gambaran mengenai kualitas ranting-ranting hadir dalam keseimbangan aspek-aspek yang mengokohkan iman kita. Kita sebagai ranting-ranting baru (Katolik), perlu berbuah dan menyatu pada Pokok Anggur Sejati. Cara hidup yang baik, testimoni perbuatan baik, pelayanan, doa, dan keharmonisan dalam membangun hidup bersama adalah tips-tips yang perlu dipertahankan dalam merawat kualitas ranting dan buah.
Kita telah lama menyatu dan tinggal dalam Pokok Anggur Sejati, yakni Yesus Kristus. Untuk itu, kita sebagai ranting yang menimba kekuatan dan asupan gizi dari Pokok Anggur, seharusnya ikut berbuah. Kita tidak hanya dituntut untuk berbuah, tetapi juga menghasilkan buah yang berkualitas. Penegasan ini kita hidupi dalam ritme hidup iman kita karena kita telah diikatkan pada Yesus sebagai Pokok Anggur melalui Sakramen Pembaptisan.
Pertanyaannya untuk kita: "Apakah saya sudah menjadi ranting yang berkualitas? Apakah saya sudah menghasilkan buah-buah yang berkualitas untuk kebaikan bersama? Apakah saya setia menyatu dengan Yesus Sang Pokok Anggur Sejati? Hal-hal apa saja yang sudah saya usahakan agar menjadi ranting yang berkualitas dan berbuah?"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H