Krisis gembala adalah salah satu tantangan Gereja di zaman sekarang. Dalam Gereja Katolik, umat gembalaan mengharapkan sosok gembala yang berbau domba. Istilah ini sangat khas Kristiani. Seorang gembala -- konteks Gereja Katolik -- dituntut untuk mampu menjadi seorang pelayan (servant). Seorang gembala harus berbau domba, artinya karakter penggembalaan seorang gembala harus melekat dalam domba penggembalaannya.
Hal ini berkaitan dengan unsur pemberian diri (waktu, tenaga, hal materil dan bahkan pengorbanan diri). Paus Fransiskus menekankan model pelayanan ini dalam ensikliknya Evangelii Gaudium dengan sebuah seruan, yakni model Gereja yang terluka, sakit dan kotor akibat pergi keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena hidup terkurung dan tergantung pada kenyamanannya diri (EG, 49). Â
Di tengah situasi prihatin seperti ini, ada banyak nubuat yang justru lahir bersamaan untuk menunjukkan sosok gembala yang integral. Lalu pertanyaannya, manakah model penggembalaan yang mampu menjadi pegangan?Â
Semua orang tentunya memiliki kontribusi personal maupun komunal untuk menunjukkan sosok seorang gembala yang ideal. Dalam tulisan ini, kelompok akan memperkenalkan salah satu model penggembalaan (andor: bahasa Manggarai-Flores) yang seyogiyanya membantu siapa saja dalam proses berpastoral. Â Â
Istilah Andor
Andor adalah suatu istilah yang dipakai orang Manggarai-Flores dalam proses penggembalaan. Cara penggembalaan ini dianggap paling tradisional. Di Manggarai Flores, model penggembalaan seperti ini pelan-pelan menghilang. Hal ini ditengarai oleh situasi di mana populasi domba, sapi serta kawanan ternak gembalaan lainnya mulai berkurang.Â
Para gembala pada umumnya -- konteks sekarang -- cenderung menempatkan ternak peliharaan mereka di dalam kandang. Akan tetapi, di tempat-tempat lain, seperti daerah Timor dan Sumba, model penggembalaan seperti ini tetap dihidupi. Dalam cara penggembalaan ini, gembala membiarkan ternak selalu berada di padang rumput alias tidak dikandangkan.
Pada model penggembalaan ini, sang gembala membiarkan ternak gembalaannya dilepas di padang rumput. Sang gembala hanya sesekali pergi melihat ternaknya -- tidak setiap hari. Biasanya ternak-ternak tersebut dicap di salah satu bagian tubuhnya dengan tulisan atau simbol tertentu untuk mempermudah pemilik mengidentifikasikannya.Â
Selain menggunakan cap tertentu, salah satu ternak -- yang paling berpengaruh -- diikatkan semacam lonceng pada lehernya dengan tujuan, pertama, sebagai patokan sekaligus panggilan kepada kawanan ternak yang lain ke mana mereka harus melangkah dan kedua, sebagai sarana untuk mempermudah sang gembala atau pemilik ternak melokalisir kawanan ternaknya. Andor merupakan cara penggembalan klasik yang masih dilestarikan hingga kini. Akan tetapi, sebelum melakukan penggembalaan dengan cara ini, sang gembala harus sungguh-sungguh mengenal kawanannya.
Ideal Penggembalaan
Model penggembalaan yang ideal adalah dambaan setiap domba gembalaan. Dalam pembahasan mengenai empat kata kunci tentang model penggembalaan -- pastar, pastorear, fodder dan andor -- model penggembalaan yang mendekati yang ideal -- hemat saya -- adalah model pastorear.Â
Model penggembalaan pastorear hampir memenuhi dimensi-dimensi penggembalaan yang ideal. Unsur-unsur yang termuat dalam model pastorear sudah menjadi representasi dari sosok gembala yang didambakan dalam Gereja.Â
Akan tetapi, tentu ada berbagai dimensi tertentu yang menjadi perbaikan dalam model pastorear. Michael Fronczak dalam tulisannya berjudul "Book of Ezekiel," menunjukkan dua karakter gembala yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Ia membedakannya dengan kategori, gembala yang baik dan gembala yang buruk.
Fronczak menilai bahwa profil gembala yang baik (good shepherd) selalu berbanding terbalik dengan profil gembala yang buruk (bad shepherd). Tekanannya pada pemberian diri (self-giving). Karakter gembala yang baik (good shepherd) selalu melihat tanggung jawab penggembalaan sebagai sebuah tugas di mana totalitas pelayanan tercurahkan melalui pemberian diri.Â
Lalu, bagaimana dengan model penggembalaan andor? Bagaimana model andor dapat dipahami sebagai sebuah kontribusi menjanjikan dalam berpastoral? Adakah sesuatu yang unik dari model penggembalaan andor?
Bagaimana Andor Dipahami
Hal yang dirasa paling mendesak dalam model penggembalaan ini (andor) adalah pertama, mengenal sungguh kawanannnya. Hal ini menjadi penting karena dalam andor, ada kepercayaan yang diberikan kepada kawanannya.Â
Tentunya sebelum kepercayaan itu diberikan, sang gembala harus mengenal karakteristik, pola, kebiasaan, bahkan tabiat dari setiap domba penggembalaannya. Kelak, jika sudah tiba waktunya untuk melepaskan kawanan ke padang rumput, sang gembala dapat dengan tenang melepas mereka, karena sang gembala sudah mengenal mereka.
Setelah sang gembala mengenal sungguh kawanannya, langkah kedua yang perlu diambil adalah memilih seekor dari antara mereka sebagai pemimpin kawanan.Â
Domba yang dipilih sebagai pemimpin kawanan haruslah domba yang berpengaruh bagi yang lain dan domba yang dapat dikendalikan oleh sang gembala. Setelah memilih satu domba yang berpengaruh, sang gembala bisa mengikatkan lonceng sebagai alat bantu bagi kawanan yang lain agar mudah dalam mengikutinya. Pemilihan domba yang berpengaruh merupakan sarana yang mempermudah bagi sang gembala untuk mengatur, mengendalikan, dan mengawasi kawanannya.
Unsur ketiga yang tidak kalah penting dalam andor adalah pemberian kepercayaan. Kepercayaan perlu diberikan dari sang gembala kepada kawanannya, karena pada model ini kawanan domba memang tidak dikurung dalam kandang. Kepercayaan perlu diberikan kepada kawanan dombanya agar kawanan domba dapat berkelana bebas di padang rumput. Tentunya ketika sang gembala belum mengenal sungguh kawanannya, dia tidak akan berani untuk melepas kawanan dombanya. Akan tetapi, ketika tahap satu dan dua sudah dilaksanakan dengan baik, kepercayaan kepada pemimpin kawanan dan kawanan yang lain akan dengan sendirinya diberikan kepada mereka.
Setelah memberi kepercayaan kepada kawanan dombanya untuk berkelana bebas di padang rumput, bukan berarti sang gembala sudah tidak lagi memberikan pengawasan atau bahkan tidak lagi bertanggung jawab kepada kawanannya. Sekalipun domba miliknya sudah diberi tanda dan kepercayaan untuk mengembara di padang rumput, sesekali sang gembala tetap mengunjungi kawanan miliknya. Hal ini penting agar sang gembala tidak lupa pada kawanan miliknya dan dari pihak domba sendiri, juga tidak lupa kepada tuannya.Â
Dalam melakukan kunjungan pengawasan, sang gembala dapat memantau kondisi kesehatan dari domba miliknya. Ketika ada domba yang membutuhkan perawatan khusus, tentunya sang gembala akan memberikan terapi tertentu agar domba tersebut dapat sehat kembali.
Fungsi monitoring dalam sistem andor sangat terbantu dengan adanya sosok domba yang dipercaya sebagai pemimpin kawanan. Domba tersebut berperan penting bagi kawanannya. Ketika domba itu dapat membawa kawanannya ke ladang dengan rumput  yang hijau dan sesekali menuntun ke aliran sungai yang tenang, naluri tersebut  sangat diharapkan dimiliki oleh domba yang terpilih.Â
Akan tetapi, apabila pimpinan domba tersebut kurang memiliki kepekaan terhadap situasi yang sedang terjadi dalam kawanannya, tentunya hal tersebut sangat tidak diharapkan oleh sang gembala. Jika dapat dipersonifikasikan, sang gembala tentunya akan meminta pertangungajawaban kepada domba yang dipilihnya.
Langkah terakhir yang harus selalu diingat dalam andor adalah kedudukan sang gembala itu sendiri. Dalam sistem ini, sang gembala berperan sebagai pemersatu kawanan, bukan sebagai pemimpin dalam kawanan tersebut. Sang gembala berusaha untuk mempersatukan kawanannya dengan mengangkat seekor dari antara mereka untuk menjadi pemimpin. Ketika sang gembala menyadari sungguh perannya sebagai sosok pemersatu, dia akan berusaha untuk mengenal secara mendalam kawanannya.Â
Ketika terjadi suatu hal yang dapat membahayakan kawanannya, dia akan berusaha untuk melindungi mereka. Sebaliknya, ketika sang gembala menempatkan diri sebagai pemimpin kawanan, ketika datang bahaya dia akan memerintahkan kawanannya untuk berlindung; sementara dia sendiri akan melindungi diri sendiri.
Model penggembalaan andor sejatinya sudah dimulai sejak Perjanjian Lama. Israel sebagai bangsa pilihan Allah ditetapkan sebagai bangsa yang menjadi model bagi bangsa yang lain. Model penggembalaan yang sama juga terjadi di zaman Yesus. Yesus yang semula ada bersama-sama dengan keduabelas rasul akhirnya harus melepaskan mereka untuk meneruskan ajaran dan tindakan baik yang diperoleh melalui formasi selama tiga tahun bersama Yesus.Â
Penggembalaan model andor dalam hal ini terlihat dalam peristiwa pasca-kebangkitan. Murid-murid yang tadinya bersama Yesus -- mengalami Yesus secara langsung (eye witness) -- mulai bergerak secara kelompok membentuk sebuah komunitas. Yesus sebagai Gembala Yang Baik (Good Shepherd) tidak lagi secara langsung ada bersama domba gembalaan-Nya.Â
Sang Gembala kemudian memilih salah satu dari mereka, yakni Petrus untuk memimpin kawanan agar mereka tidak tercerai-berai. Proses pemilihan ini pun berlangsung cukup lama. Kita mengetahui track record Petrus sebelum diberi wewenang untuk memimpin para rasul. Petrus banyak kali dimarahi Yesus, bahkan pernah disebut iblis.
"Enyahlah iblis, engkau adalah suatu batu sandungan bagi-Ku" (Mat 16:23). Apa yang dialami Petrus adalah bagian dari formasi. Tindakan dan kata-kata Yesus atas Petrus adalah periode investasi, yakni upaya penanaman benih kepemimpinan. Yesus pun menunjukkan estafet kepemimpinan itu dalam dialog intens bersama Petrus. Selama tiga kali, Petrus dicecar dengan pertanyaan yang sama. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihani Aku?" (Yoh 21:15-19).Â
Pertanyaan ini adalah bagian dari pre-test sebelum Petrus diberi tanggung jawab besar, yakni memimpin keduabelas rasul. Usai diuji -- mengalami proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) -- tanggung jawab mulai diberikan. "Gembalakanlah domba-domba-Ku!" (Yoh 21:15-19).Â
Di tengah kata-kata kesiapsediaan, "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihani Engkau" ada konsekuensi besar yang harus dipikul, yakni "....engkau (Petrus) akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki" (Yoh 21:18).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H