Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kumpul Soft Skill dengan Live in di Pabrik Anggur Ungaran

8 April 2021   21:32 Diperbarui: 8 April 2021   21:32 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kerja di tempat sortir botol pabrik Anggur Ungaran. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Dalam rangka menyelami perjuangan dan pergulatan para buruh secara konkret, saya dan beberapa mahasiswa lainnya bekerja sebagai buruh di PT Perindustrian Bapak Djenggot. 

Selama seminggu, kami hadir, terlibat, dan hidup bersama para buruh. Di sana kami mengalami suka-duka menjadi buruh melalui pengalaman bekerja, mengamati, dan berbagi kisah dengan para buruh yang lain.

Pengalaman tersebut hendak saya refleksikan lebih mendalam dengan menggambarkan situasi pabrik dan dinamika kerja yang ada di sana. Kemudian kami keprihatinan yang kami tangkap dari kehidupan kami bersama para buruh.

PT Perindustrian Bapak Djenggot berlokasi di Jln. Raya Semarang -- Bawen, KM 25, Bergas Kidul, Kec. Bergas, Kab. Semarang Jawa Tengah. Pabrik tersebut memproduksi berbagai jenis anggur, seperti anggur kolesom, anggur putih, dan beras kencur. Jumlah karyawan yang ada di sana adalah 300 orang dengan perincian, ada sekitar 250 orang yang bekerja di pabrik utama yang mencakup bagian teknik, laboratorium, produksi, logistik, legal, personalia, operasional, pembelian, pembukuan, dan keuangan. 

Sisanya, yakni berjumlah 50 orang bekerja di tempat sortir botol (gudang botol) sebagai mandor, kepala buruh, buruh, dan driver operasional. Para buruh yang bekerja di sana, rata-rata sudah saling mengenal satu sama lain. Bahkan, banyak di antara mereka yang masih berstatus saudara atau malah suami-istri. Oleh sebab itu, suasana persaudaraan di antara para buruh begitu kuat.

PT Perindustrian Bapak Djenggot memproduksi minuman beralkohol. Dinamikanya kami gambarkan sebagai berikut. Para buruh di pabrik pada umumnya diwajibkan untuk mulai bekerja pukul 07:30 di bagian kerja masing-masing. Setelah kurang lebih bekerja 4,5 jam, yakni sampai pukul 12:00, mereka mendapatkan waktu istirahat selama satu jam (12.00-13.00). 

Kebanyakan di antara mereka memilih untuk pulang ke rumah masing-masing karena jarak rumah tidak teralalu jauh dari pabrik. Para buru akan kembali bekerja usai istirahat pada pukul 13.00. 

Dari rentang pukul 13.00, para buruh masih harus bekerja 3,5 jam, yaitu dari pukul 13.00 sampai pukul 16:30. Hal yang sedikit berbeda terjadi pada hari Jumat. 

Pada hari Jumat, para buruh harus mulai bekerja pukul 07:00 dan beristirahat siang pukul 11:30. Waktu istirahat siang diperpanjang menjadi 1,5 jam untuk memberi kesempatan pada mereka yang melakukan ibadah sholat Jumat. 

Setelah itu, kegiatan berjalan seperti biasa. Setelah para buruh pulang, hanya ada satu bagian yang melakukan lembur, yaitu bagian produksi. Mereka mendapatkan lembur sekitar 2 jam sampai pukul 18:30. Mereka harus menyelesaikan pekerjaan sampai pengepakan minuman-minuman tersebut tertata sempurna.

Ada beberapa kebijakan yang kami lihat di pabrik tersebut. Pertama, demi alasan keamanan, pabrik mempekerjakan lebih dari lima petugas sekuriti. Kedua, setiap lima tahun, pabrik memberikan bonus uang seharga lima gram emas. 

Ketiga, letak perusahaan cukup jauh dari jalan raya dan papan nama perusahaan sangat kecil sehingga tidak banyak orang tahu bahwa tempat itu adalah lokasi pabrik. 

Demikian pula dalam hal distribusi, mobil pengangkut minuman-minuman itu tidak diberi label. Keempat, pabrik menerapkan lima hari kerja dari Senin sampai Jumat. Kelima, banyak kegiatan sosial yang diadakan/dimotori pabrik untuk masyarakat sekitar.

Seminggu bekerja sebagai buruh di Pabrik Anggur, kami merasakan suasana yang tentunya berbeda, secara khusus di bagian pengolahan gula, kebersihan, dan teknik. 

Ada beberapa buruh kadang mengambil minuman yang sudah diolah untuk mengurangi rasa lelah setelah bekerja. Dalam pembicaraan dengan para buruh, tema yang sering muncul berkisar keluarga dan tentunya energi kerja.

Selama di pabrik tersebut, kami bekerja di empat lokasi utama, yakni kebersihan, memasak gula, mengupas buah, dan sortir botol bekas. Selain itu kami diizinkan untuk bekerja di bagian produksi, tetapi hanya untuk waktu khusus lembur. Di bagian kebersihan kami membantu Pak Untung dan Pak Gunadi menyapu area pabrik. 

Pekerjaan rutinnya adalah menyapu, mengambil sampah, dan memilahnya untuk dijual. Di bagian memasak gula, kami bekerja bersama Pak Bambal, Pak Hari, dan Pak Nardi memasak gula merah yang beratnya masing-masing hampir 150 kg. Jika ditotal, sekali masak, dibutuhkan 4500 kg gula merah.

Di bagian pengupasan buah, kami membantu mengupas buah pepaya dan mengangkatnya ke dalam mesin sebelum dicuci. Pekerjaan ini menjadi pekerjaan tambahan setelah membantu di bagian pengolahan gula. Bagian selanjutnya adalah bagian penyortiran botol-botol bekas. Bagi kami, pekerjaan di bagian sortir botol adalah jenis pekerjaan yang paling melelahkan karena kondisi ruangan yang panas, berdebu, dan rawan kecelakan (pecahan botol). Di bagian produksi, kami lembur bersama para buruh (kebanyakan wanita) untuk membantu memasukkan botol ke dalam kardus kemasan dan memberi cap untuk setiap kardus tertentu sebagai tanda bahwa kardus tersebut berbeda dengan kardus isi botol yang lain.

Ada pengalaman suka dan duka selama kami bekerja. Pengalaman sukanya adalah kami diterima dengan baik dan ramah. Para buruh dan pemilik perusahaan sangat welcome. Mereka mengajarkan kami banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun