Perjamuan Malam Terakhir (The Last Supper) merupakan momen krusial sekaligus penuh makna bagi Yesus dan murid-murid-Nya. Hari ini, Kamis 1 April 2021, penetapan Perjamuan Malam Terakhir masih dibayang-bayangi pandemi Covid-19. Akan tetapi, situasi pandemi, tak memadamkan api momen Malam Terakhir -- perjamuan malam bersama, pembasuhan kaki, menemani Yesus, dan mengikat wejangan.Â
Bagi umat Katolik di seluruh dunia, perayaan Malam Perjamuan Terakhir ditetapkan pada Hari Kamis. Karena dianggap menjadi momen mendengar wejangan eksristis Yesus Kristus, perayaan ini kemudian dinamakan perayaan Kamis Putih (Holy Thursday). Apa yang diikhtiarkan Yesus di sela-sela Perjamuan Terakhir ini?
Penetapan Ekaristi
Malam Perajmuan Terakhir merupakan momen pengenangan kehadiran Yesus. Dalam ritual Perjamuan Malam Terakhir, Yesus memberi perintah kepada para murid: "Lakukanlah ini, sebagai peringatan akan Daku!" (Lukas 22:19). Perintah ini memuat kata-kata institusi bagaimana Umat Katolik merayakan ekaristi hingga saat ini. "Inilah Tubuh-Ku dan inilah Darah-Ku" (Lukas 22:19-20).
Perjamuan Malam Terakhir kemudian ditetapkan sebagai momen mengahdirkan kembali (anamnesis) -- menghadirkan Yesus di sini dan saat ini.Â
Dalam hal ini, Yesus memperingatkan para murid-Nya agar momen perjumpaan terakhir sebelum Ia menderita, sengsara, dan wafat, dilakukan setiap kali mereka berkumpul. Dalam perjalanan waktu, momen ini kemudian diaprobasi dengan nama Ekaristi. Dalam Ekaristi, Yesus dihadirkan kembali dalam rupa roti dan anggur. Roti melambangkan Tubuh Kristus dan anggur melambangkan Darah Kristus.
Kasih Persaudaraan
Sebelum melakukan Perjamuan Terakhir bersama para murid, Yesus membuat satu ritual khusus sebagai pesan untuk selalu menjaga persekutuan dan persaudaraan di antara mereka. Memang, ketika seseorang hendak pergi, wejangan tertentu selalu diberikan sebagai sarana memperkuat komunio di antara orang-orang yang ditinggalkan. Pada momen Kamis Putih, ikatan persaudaraan dan cinta kasih itu diperlihatkan melalui ritual pembasuhan kaki.
Ketika Yesus hendak dibawa ke pengadilan orang Yahudi, Yesus tak henti-hentinya mengingatkan para murid: "Kamu juga harus membasuh kaki saudara-sudarimu!" Pembasuhan kaki dalam hal ini tidak hanya bermakna pelayanan, tetapi juga soal penghapusan dosa.Â
Momen pembasuhan kaki tak lain merupakan bentuk pemberian diri Yesus yang total kepada kehendak Bapa. Membasuh kaki berarti mau menjadi hamba dan siap melayani. Ketika seseorang mau menjadi seorang pelayan, hal yang dituntut dalam hal ini adalah soal pengorbanan -- (totalitas pemberian diri).
Lalu, pertanyaan berikutnya adalah kenapa Yesus menuntut para murid agar membasuh kaki sesamanya? Makna tersirat yang disampaikan melalui kalimat instruksi ini adalah soal penyemaian benih pengampunan. Mencuci kaki sesama berarti mau mengampuni.Â