Dalam hal ini, Yesus berpesan kepada semua orang yang menaruh iman dan kepercayaan kepada-Nya, agar tetap menyekolahkan semangat pengampunan kepada sesama.
Berjaga-jaga
Hal ketiga yang menjadi isi wejangan Kamis Putih adalah soal kewaspadaan. Pada momen menjelang penangkapan-Nya, Yesus selalu berpesan kepada para murid untuk berjaga-jaga.Â
Dalam kisah di taman Getsemani, Yesus menemukan situasi dimana para murid justru kurang berstamina dalam iman dan pengharapan. Ketika Yesus sementara berdoa -- menyentuh sekat-sekat kepedihan sebelum menanggung penderitaan -- para murid justru mengisi waktu sambil menunggu Yesus dengan tidur. Sikap seperti ini, tentunya diperingatkan oleh Yesus.
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Pertanyaan Yesus sejatinya tidak hanya menghentak nurani para murid, tetapi juga menjadi peringatan untuk momen-momen berikutnya ketika Yesus sudah tidak lagi bersama-sama dengan mereka.Â
Bagi Yesus, berjaga-jaga adalah bentuk kesiap-sediaan seorang murid. Seorang murid dalam hal ini tidak hanya menunggu perintah dari gurunya agar selalu berjaga-jaga. Selalu berjaga-jaga seharusnya sudah diinternalisasikan dalam diri masing-masing pengikut Yesus agar siap diutus untuk proyek misi selanjutnya.
Untuk selalu berjaga-jaga, maka pada malam Kamis Putih dibuat perarakan Sakramen Mahakudus dan tuguran. Ketika sakramen ditahtakan, setiap orang atau kelompok tertentu setidaknya memiliki waktu selama beberapa menit bersama dengan Yesus.Â
Kamis Putih menjadi momen-momen terakhir bersama Yesus. Untuk itu, kita perlu mengisi momen terakhir ini dengan hal-hal yang baik. Waktu tuguran, juga sebaiknya dipakai untuk melakukan komunikasi intens bersama Yesus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H