Sudahkah saya menjadi terang bagi sesama atau setidaknya mampu membawa terang bagi sesama? Jika belum, setidaknya saya sendiri berusaha menghampiri terang. Terang tidak pernah membenci kegelapan. Yang ada justru sebaliknya: kegelapan takut dengan terang. Persis, di dalam gelap banyak hal bersembunyi.
Tak semua orang menyukai terang. Saya harap Anda bukan bagian dari orang-orang yang saya maksudkan. Mereka yang 'tak menyukai terang, biasanya tak menyukai sesuatu yang baru. Bagi gelap, terang mempertontokan sesuatu yang tersembunyi. Bahkan, terang, tak segan-segan memperlihatkan kebobrokan sisi gelap. Karena itulah, tak semua orang menyukai terang.
Di masa Prapaskah ini, terang hampir kelihatan. Biasanya terang itu memuculkan kekuatan cahayanya ketika peristiwa kebangkitan. Gereja, biasanya mulai merayakan terang ini pada malam Sabtu Suci. Maaf, sepertinya saya terlalu dini 'tuk membicarakan peristiwa terang itu.
Lalu, apa sebetulnya yang hendak saya bagikan? Betul, soal terang. Tapi, kali ini, tepatnya, saya ingin berbicara soal kemauan saya atau mungkin juga Anda untuk mendekati terang. Bacaan I Minggu Prapaskah IV ini, sejatinya berbicara mengenai orang-orang yang tak menyukai terang. Kitab Kedua Tawarikh menulis demikian: "Tuhan Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya" (2Tawarikh 36:15).
Apa reaksi orang-orang yang menerima utusan Tuhan ini? Kitab Tawarikh melanjutkan: "Akan tetapi, mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek utusan-utusan-Nya itu" (2Tawarikh 36:16). Nah kan, kelihatan ada orang yang tak menyukai para utusan. Dalam permenungan saya, para utusan Tuhan adalah para pembawa terang.Â
Orang-orang yang menolak utusan Tuhan adalah orang-orang yang menolak kehadiran terang. Jika kalian membaca seluruh bagian teks Kitab Tawarikh ini, saya yakin kalian dapat memahami kenapa orang-orang cukup tegar menolak kehadiran terang.
Dengan demikian, bacaan I pada Minggu Prapaskah IV, hemat saya mengilustrasikan orang-orang yang menolak terang. Lalu, bagaimana dengan bacaan Injil? Lain halnya dengan konteks orang-orang yang dikemukan Kitab Tawarikh, kisah bacaan Injil justru memperlihatkan contoh orang yang  justru mau menemui terang. Dalam kisahnya, Yohanes menulis demikian: "Suatu ketika, Nikodemus mendatangi Tuhan pada malam hari" (Yohanes 3:14).
Nikodemus mendatangi Tuhan pada malam hari. Satu kalimat ini, sudah memuat banyak makna. Yohanes menyertakan setting malam hari bukan sebuah kebetulan. Kenapa demikian? Apakah karena Yohanes adalah si penulis Injil yang suka dengan tema terang. Yohanes memang suka dengan kekuatan terang. Pada prolog tulisannya, Yohanes memulainya dengan menjelaskan terang (Yohanes 1:4-5). "Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang!"
Sebetulnya bukan karena pribadi dan tema kesukaan Yohanes. Tema gelap dan terang diangkat Yohanes justru karena keduanya menggambarkan situasi manusia. "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang" (Yohanes 3:19). Yohanes kemudian melanjutkan kata-kata Yesus: "Barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang. Tetapi, barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang" (Yohanes 3:20).
Nikodemus datang kepada Yesus merupakan ilustrasi bagaimana kekuatan terang itu mampu membawa daya transformasi. Nikodemus datang dari gelap dan menemui Yesus sebagai Sang Terang. Kisah ini, tentunya membantu kita sebagai orang beriman untuk berani mendekati Sang Terang. Keberanian menjumpai terang adalah tanda bahwa kita mau dibarui, dilahirkan secara baru, dan mau bertobat. Masa Prapaskah adalah masa dimana kita secara sadar, tahu, dan mau mendekati diri pada Sang Terang.
Di masa pandemi ini, terang hadir dalam wujud vaksin. Namun, lagi-lagi tak semua orang mau menerima vaksin sebagai terang. Pertanyaannya: "Sudahkah saya menjadi terang bagi sesama atau setidaknya mampu membawa terang bagi sesama? Jika belum, setidaknya saya sendiri berusaha menghampiri terang, bukan malah menjauh dari terang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H