Kelima, membantu seseorang menemukan kebenaran yang valid. Kebenaran yang valid dalam hal ini bukan hanya berarti kebenaran yang diterima umum, tetapi juga kebenaran itu dapat difalsifikasi dan dibuktikan dengan argumen-argumen yang logis. Dalam hal ini, berfilsafat berarti mencermati objek tertentu, menguliti kesemuan, dan menemukan apa yang benar. Dalam hal ini, premis-premis yang digunakan mampu menunjukkan bahwa apa yang dikatakan benar memang diterima secara logis.
Keenam, memacu keberanian dan melatih diri untuk bertanggung jawab. Dalam mempelajari ilmu filsafat, seseorang dilatih untuk mempertanggungjawabkan apa yang disampaikan. Jika saya mengatak A benar dan X salah, saya harus mampu memberi argumen-argumen yang pasti, jelas, dan logis tentangnya -- bukan berdasarkan keyakinan semata. Dengan kebiasaan mempertanggungjawabkan argumen, keberanian pun diasah untuk bisa mengutarakan pendapat.
Dengan demikian, belajar filsafat tentunya memberi banyak sumbangan untuk kita. Jika saya sering berfilsafat, itu artinya saya tengah masuk dalam tim yang tengah memperbaiki situasi (pribadi, sesama, dan lingkungan). Bahaya besar dari belajar ilmu adalah upaya jatuh pada kekuasaan -- saya mencengkeram kebenaran hanya menjadi milik pribadi saya. Bahaya ini akan merembes dalam tindakan nyata ketika menilai objek-objek tertentu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H