Kaum Theravada menganggap Buddha hanya sebagai pendamping yang tidak bisa keliru -- yang menunjukkan jalan nyata menuju keselamatan -- dan keselamatan itu sendiri merupakan kepentingan individu serta tergabung dalam usaha individu sendiri.
Alam Semesta sebagai SahabatÂ
Agama Buddha tidak berbicara mengenai penciptaan. Mengenai penciptaan itu sendiri Sang Buddha memilih diam. Sang Buddha melihat alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Agama Buddha sangat bersahabat dengan alam. Alam, menurut umat Buddhis adalah sesama yang harus dirawat, dijaga dan dipelihara. Konsep ini lahir dari pandangan tentang kelahiran kembali atau reinkarnasi (rebirth). Paham reinkarnasi mempengarui corak berpikir umat Buddhis akan alam semesta.
Umat Buddhis percaya bahwa, setelah hidup di dunia fana ini, sesorang akan mengalampi proses kelahiran kembali dengan rupa yang berbeda -- tergantung pada sikap dan tingkah lakunya semasa ia hidup. Dunia dalam pandangan umat Buddha adalah sesuatu yang berwujud kasar dan untuk mencapai suatu keadaan yang halus, sesorang harus menciptakan keheningan melalui meditasi. Dalam agama Buddha dipercaya bahwa manusia dan binatang sama-sama mengalami reinkarnasi. Suatu saat manusia akan mengalami rupa seperti hewan atau pada kesempatan berbeda hewan akan berubah menjadi manusia. Jadi, manusia dalam pandangan Buddhis tidak jauh berbeda dengan binatang, yakni sama-sama mengalami penderitaan (suffering).
Relasi Manusia dan Sesamanya
Etika Buddhis mengajarkan tentang kebahagiaan -- di mana tidak ada penderitaan. Umat Buddha berusaha melepaskan penderitaan (samsara) melalui meditasi. Meditasi dipercaya sebagai instrumen yang membantu seseorang terbebas dari derita (suffering). Memahami relasi societas dalam agama Buddha selalu dipengarui oleh dua aliran besar yang berdiri kokoh dalam agama Buddha, yakni aliran Theravada dan aliran Mahayana.
Dua aliran ini, memiliki cara pandang yang berbeda, dan ini berimplikasi pada relasi intersosial kehidupan bermasyarakat. Ditinjau dari konsep keselamatan masing-masing, kita bisa melihat betapa kontrasnya ekspektasi dua aliran besar ini. Mahayana memperkenalkan konsep keselamatan kepada setiap orang dengan pola struggle untuk orang lain (public salvation), sedangkan Theravada lebih memperkenalkan jalan menuju keselamatan melalui sabda Sang Buddha -- keselamatan menjadi usaha setiap individu.
Oleh karena dua model pandangan ini, muncul sebuah kesimpulan prematur bahwa relasi interpersonal dan intersocietas sangat dipengarui oleh prospek dua model ajaran ini -- dua model relasi yakni, eksklusivitas dan inklusivtas. Realitas yang nampak sekarang adalah dasar analisis atas pandangan mengenai umat Buddha akan persaudaraan (fraternity). Kontribusi Buddhis dalam hal politik, sosial dan budaya juga sangat bergantung pada cara pandang dua aliran besar di atas, yakni Mahayana dan Theravada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H