Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panorama Buddha di Tahun Baru Imlek

12 Februari 2021   11:07 Diperbarui: 12 Februari 2021   11:50 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seremoni di Tahun Baru Imlek. Foto: suara.com.

Kaum Theravada menganggap Buddha hanya sebagai pendamping yang tidak bisa keliru -- yang menunjukkan jalan nyata menuju keselamatan -- dan keselamatan itu sendiri merupakan kepentingan individu serta tergabung dalam usaha individu sendiri.

Alam Semesta sebagai Sahabat 

Agama Buddha tidak berbicara mengenai penciptaan. Mengenai penciptaan itu sendiri Sang Buddha memilih diam. Sang Buddha melihat alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Agama Buddha sangat bersahabat dengan alam. Alam, menurut umat Buddhis adalah sesama yang harus dirawat, dijaga dan dipelihara. Konsep ini lahir dari pandangan tentang kelahiran kembali atau reinkarnasi (rebirth). Paham reinkarnasi mempengarui corak berpikir umat Buddhis akan alam semesta.

Umat Buddhis percaya bahwa, setelah hidup di dunia fana ini, sesorang akan mengalampi proses kelahiran kembali dengan rupa yang berbeda -- tergantung pada sikap dan tingkah lakunya semasa ia hidup. Dunia dalam pandangan umat Buddha adalah sesuatu yang berwujud kasar dan untuk mencapai suatu keadaan yang halus, sesorang harus menciptakan keheningan melalui meditasi. Dalam agama Buddha dipercaya bahwa manusia dan binatang sama-sama mengalami reinkarnasi. Suatu saat manusia akan mengalami rupa seperti hewan atau pada kesempatan berbeda hewan akan berubah menjadi manusia. Jadi, manusia dalam pandangan Buddhis tidak jauh berbeda dengan binatang, yakni sama-sama mengalami penderitaan (suffering).

Relasi Manusia dan Sesamanya

Etika Buddhis mengajarkan tentang kebahagiaan -- di mana tidak ada penderitaan. Umat Buddha berusaha melepaskan penderitaan (samsara) melalui meditasi. Meditasi dipercaya sebagai instrumen yang membantu seseorang terbebas dari derita (suffering). Memahami relasi societas dalam agama Buddha selalu dipengarui oleh dua aliran besar yang berdiri kokoh dalam agama Buddha, yakni aliran Theravada dan aliran Mahayana.

Dua aliran ini, memiliki cara pandang yang berbeda, dan ini berimplikasi pada relasi intersosial kehidupan bermasyarakat. Ditinjau dari konsep keselamatan masing-masing, kita bisa melihat betapa kontrasnya ekspektasi dua aliran besar ini. Mahayana memperkenalkan konsep keselamatan kepada setiap orang dengan pola struggle untuk orang lain (public salvation), sedangkan Theravada lebih memperkenalkan jalan menuju keselamatan melalui sabda Sang Buddha -- keselamatan menjadi usaha setiap individu.

Oleh karena dua model pandangan ini, muncul sebuah kesimpulan prematur bahwa relasi interpersonal dan intersocietas sangat dipengarui oleh prospek dua model ajaran ini -- dua model relasi yakni, eksklusivitas dan inklusivtas. Realitas yang nampak sekarang adalah dasar analisis atas pandangan mengenai umat Buddha akan persaudaraan (fraternity). Kontribusi Buddhis dalam hal politik, sosial dan budaya juga sangat bergantung pada cara pandang dua aliran besar di atas, yakni Mahayana dan Theravada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun