Penangkapan 21 orang terduga teroris di Makassar adalah salah satu bentuk pengejawantahan visi Kapolri baru Listyo Sigit Prabowo. Presisi (Prediksi, Responsibel, Transparansi, Berkeadilan) terkait visi Kapolri baru memperlihatkan keseriusan institusi Polri dalam memerangi aneka macam persoalan di lingkungan masyarakat. Dengan formasi Presisi, terduga teroris langsung diciduk dan diamankan segera.
Tim Densus 88 Antiteror Polri diketahui telah menangkap sejumlah terduga teroris di Makassar. Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Merdisyam menyebutkan bahwa beberapa terduga teroris yang ditangkap adalah simpatisan organisasi terlarang Front Pembela Islam (FPI). Merdisyam menyebut mereka yang ditangkap adalah bagian dari jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi (detikcom, 4/2/2021).
Fakta ini tentunya memperlihatkan citra buruk Indonesia terkait keamanan. Bagaimana mungkin Indonesia diminati dunia jika nyatanya Indonesia menjadi lahan bersembunyi jaringan teroris al-Baghdadi?
Jika benar jaringan al-Baghdadi tumbuh subur dan bersembunyi, hemat saya, sekarang adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk berbenah. Satu per satu jaringan ini perlu dilumpuhkan -- pelarangan ormas-ormas tertentu adalah fakta gamblang bahwa masalah keamanan di Indonesia menjadi perhatian serius.
Publik sudah mengenal dengan baik bagaimana jaringan teroris pimpinan al-Baghdadi bermanuver di berbagai belahan dunia. Dengan berbekal kampanye digital, jaringan al-Baghdadi mampu memengaruhi isi kepala setiap mangsa dengan doktrin-doktrin menyesatkan.
Bahkan jaringan ini mampu merekrut begitu banyak pengikut dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, penguatan keamanan cyber,  hemat saya, perlu ditingkatkan agar operasi bidik target kandidat teroris tepat sasar dan cepat.
Jaringan teroris biasanya melakukan kampanye regenerasi pengikut melalui propaganda. Masa pandemi Covid-19, dalam arti tertentu, bisa saja menjadi waktu yang sangat jitu bagaimana jaringan ini memperlebar ekspansi kekuasaan.
Di saat semua orang jenuh, stress, kehilangan pekerjaan, maka situasi-situasi demikian bisa dijadikan peluang bagi kelompok teroris untuk merekrut pengikut. Transformasi ruang gerak hidup bersama yang diinstal ke wilayah daring menjadi kekuatan tersendiri bagi organisasi tertentu untuk mempromosikan gagasan dan doktrin tertentu.
Di ruang maya, pandemi informasi memang tak mudah dibendung. Lihat saja, ketika semua serba daring, banyak masyarakat yang beralih profesi ke virtual job control. Tawaran semakin menjamur, termasuk tawaran-tawaran yang tak berprikemanusiaan dan rawan kebohongan dipajang di etalase ruang virtual.
Jika tak jeli mengevaluasi dan mengkritisi, seseorang bisa ditarik masuk untuk bergabung dan berafiliasi. Ini pasti, karena ciri masyarakat sekarang memang suka baperan dan doyan yang instan.
Mengontrol pandemi propaganda di ruang maya bukanlah hal yang mudah. Perlu ekstra kerja keras -- bukan saja oleh aparat keamanan, tetapi juga oleh semua lapisan masyarakat. Visi prospektif institusi Polri akan berjalan lancar jika publik mau bekerja sama dalam menumpas aksi propaganda jaringan terorisme di ruang maya. Cara ini, hemat saya, mampu menangguhkan berbagai upaya click joining setiap individu.