Tiga peristiwa penting dalam Gereja hari ini dikemas secara bersamaan: Yesus dibaptis di Sungai Yordan, Yesus memulai karya misi-Nya, dan berakhirnya Masa Natal.Â
Bagi Gereja sejagat, ketiga kisah hari ini menjadi garis pembuka bagaimana karya-karya Yesus dimulai. Ketiga peristiwa hari ini, juga menjadi penanda permulaan dari segala ruang gerak iman Gereja di tahun yang baru -- Gereja memulai sebuah karya misi baru bersama dengan Sabda yang sudah menjadi manusia.
Yesus dibaptis menjadi tanda permulaan karya misi-Nya di dunia ini. Menariknya, kisah hari ini dipurifikasi dengan kehadiran Roh Allah dalam rupa burung Merpati. "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan!" (Matius 3:17).Â
Sebagai wujud Sabda yang menjadi daging (incarnation), Yesus selalu taat pada kehendak Bapa. Relasi kedua-Nya, bahkan terus melekat hingga masa kritis Yesus di kayu salib. "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku" (Lukas 23:46). Kita bisa mendalami bahwa antara Allah Bapa dan Yesus, ada relasi intim yang terhubung dan dijamin melalui kehadiran Roh Kudus.
Yesus memulai karya misi-Nya di dunia saat Ia berusia 30 tahun. Usia ini menjadi angka matang dan sangat produktif. Akan tetapi, sebelum karya dimulai, Yesus meminta persetujuaan Bapa. Proposal ini kemudian diaprobasi melalui peristiwa pembaptisan. Yesus Muda memberi diri dibaptis agar seluruh karya dan pewartaan-Nya, kelak mendapat tempat di hati banyak orang. Kisah pembaptisan, dengan kata lain menjadi tanda bahwa Yesus adalah utusan Bapa.
Di balik kisah pembaptisan Yesus, ada peran tokoh lain yang konsisten mendampingi Yesus. Tokoh ini dikenal sebagai pembuka jalan bagi Yesus. Dia adalah Yohanes Pembaptis. Sebelum Yesus dilahirkan, Yohanes sudah mempersiapkan jalan untuk Yesus.Â
Yohanes dikenal oleh banyak orang sezamannya sebagai suara yang menyerukan persiapan dan pertobatan: "Luruskanlah jalan bagi Tuhan!" (Yohanes 1:23). Apa yang paling penting untuk didalami bahwa Yohanes tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Yesus Mesias Juruselamat yang dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Yohanes justru konsisten dengan perannya sebagai pembuka jalan dan saksi. Di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis tetap mengukuhkan perannya sebagai pembuka jalan bagi Yesus. Yohanes membaptis Yesus, sekaligus dibaptis menjadi saksi kehadiran Yesus.
Usai dibaptis, diceritakan bahwa Yesus kemudian memulai karya-karya-Nya dan tampil di muka umum. Dari kisah Injil-injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), sebelum terjun ke medan misi, pertama-tama, Yesus digiring ke padang gurun untuk mendapat pengakuan.
Di padang gurun, selama 40 hari 40 malam, Yesus bergulat dengan berbagai cobaan. Selama tiga kali, Ia mengalami masa try out dan uji kepatutan-kelayakan yang sangat membahayakan. Tiga godaan ini hadir dalam tiga tema krusial, seperti kekuasaan, kekayaan, dan popularitas.Â
Dengan taat pada kehendak Allah Bapa, Yesus mampu menyelesaikan masa ujian ini dengan sempurna. Sambil menyelesaikan masa tes ini, Yesus bahkan tak henti-hentinya berpuasa -- tidak makan dan minum -- selama 40 hari 40 malam.
Kisah pembaptisan Yesus juga menjadi poin bagi orang-orang Kristen untuk mendalami tema kesederhanaan. Yesus dengan darah kemahakuasaan yang mengalir dan diturunkan dari Allah Bapa, mau menceburkan diri ke dalam kultur tertentu. Jika Yesus tidak mengindahkan tema kesederhanaan ini, mungkin Ia akan memulai karya-Nya tanpa peristiwa pembaptisan.Â
Dari sini, kita bisa belajar bahwa kesederhanaan menjadi salah satu kebajikan dasar seorang pemimpin. Kesederhanaan memampukan seorang pemimpin untuk menghidupkan jiwa pelayanan. Bahkan, Yesus sendiri mau memberi diri untuk dibaptis oleh orang (Yohanes Pembaptis) yang memiliki peran dan kuasa yang jauh di bawah Diri-Nya.
Dalam tradisi orang Kristen, pembaptisan menjadi pintu masuk keanggotaan Gereja. Dalam hal ini, seseorang yang hendak bergabung dalam kesatuan dengan Kristus-Gereja, terlebih dahulu dibaptis sebagai tanda pengesahan. Sakramen Baptis dilihat sebagai tanda inisiasi. Dengan pembaptisan, seseorang dikukuhkan dan menjadi sah anggota Gereja.Â
Dengan menerima Sakramen Baptis, seseorang dilahirkan secara baru dengan penyematan nama sesuai dengan tokoh-tokoh kudus dalam Gereja. Karya-karya baru sebagai keanggotaan penuh dalam Gereja dimulai saat seseorang dibaptis.Â
Memang, baptisan bayi membuat seseorang seperti tak tahu soal pilihan imannya. Akan tetapi, Gereja sendiri memberi edukasi khusus kepada keluarga-keluarga Katolik agar anak-anak diberi nutrisi iman sejak kecil -- salah satunya dengan membaptis anak-anak mereka. Tanggung jawab ini, sepenuhnya dilimpahkan kepada setiap keluarga sebagai miniatur Gereja Universal.
Hari Raya Pembaptisan Tuhan juga dilihat sebagai babak akhir Masa Natal. Dengan peristiwa Pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan, maka berakhir pula Masa Natal dalam kalender Liturgi Gereja Katolik. Usai Hari Raya Pembaptisan Tuhan, Gereja Universal akan memulai pekan liturgi biasa. Pembaptisan Tuhan menjadi gerbang pembuka bagi Gereja untuk memulai karya-karya baru dan masuk dalam rutinitas harian. Dengan demikian, semua aksesoris Natal, seperti kandang Natal, warna liturgi, serta pernak-pernih lain berkaitan dengan Natal akan dibongkar. Masa biasa dalam liturgi Gereja pun dimulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H