Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PSBB dan Tegangan Prioritas Ganda: Kesehatan atau Ekonomi?

8 Januari 2021   05:41 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:57 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airlangga Hartarto melakukan konferensi pers terkait kebijakan PSBB Januari 2021. Sumber: CNNIndonesia.com.

Kita fokus pada satu membuat kita lengah, lemah, dan letih pada aspek lain. PSBB, jika ditakar secara serius, sejatinya membawa dampak langsung bagi situasi perekonomian kita. Ketika PSBB dilonggarkan, sirkulasi keuangan dan daya beli-jual di pasar justru meningkat.

Dari lahan ekonomi, jika dicermati, ada tiga faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ketiga faktor ini, diantaranya berkaitan dengan daya konsumsi masyarakat, investasi, dan utang negara.

Untuk saat sekarang, investasi tentunya tidak bisa diandalkan mengingat banyak perusahaan dan investor yang pesimis dengan nilai profit yang dihasilkan selama masa pandemi.

Maka, satu-satunya cara adalah bagaimana meningkatkan daya konsumsi pasar agar tetap bersemangat. Dalam hal ini, kita patut memberikan apresiasi kepada pemerintak karena sudah membantu masyarakat untuk merangsang daya beli-produksi dan konsumsi melalui suntikan dana. Akan tetapi, dengan mekanisme PSBB, ruang gerak konsumsi ini, bisa jadi mandeg.

Wilayah-wilayah yang masuk kategori peta PSBB (Jawa dan Bali) adalah wilayah-wilayah subur aktivitas ekonomi. Jika kebijakan PSBB ini diterapkan untuk wilayah-wilayah ini, maka pandemi pendaran di bidang ekonomi justru akan bergejolak.

Dengan kebijakan PSBB, otomatis kegiatan-kegiatan produksi dan bisnis akan dibatasi. Para pelaku usaha dan mobilitas warga akan dipasung selama kurun waktu dua pekan. Ini artinya, selama rentang waktu dua pekan, aktivitas produksi dan daya konsumsi masyarakat akan berkurang dan malah turun drastis.

Dana stimulus, dalam hal ini, bisa saja dikelola untuk kebutuhan-kebutuhan yang lain dan habis tanpa memberi dampak pada harapan pemulihan ekonomi nasional.

Dengan demikian kebijakan PSBB sejatinya berurusan langsung dengan postur ekonomi kita. Hemat saya, jika dimungkinkan, PSBB bisa dilakukan secara bertahap.

Artinya, masing-masing daerah bisa menentukan kapan waktu terbaik penerapan kebijakan ini. Jika serempak, apalagi untuk wilayah strategis seperti Jawa dan Bali, hal ini justru memperlebar beban postur kerdil ekonomi kita ke depan.

Kita bisa bayangkan, PSBB satu hari saja, sudah mengakibatkan banyak kerugian di banyak sektor ekonomi. Perusahaan bisa saja menurunkan jumlah produksi, karyawan mulai dikurangi, dan stamina pasar akan lesu karena ketiadaan pembeli. Dampak-dampak seperti inilah yang, hemat saya, membuat PSBB itu menjadi satu polemik baru plus kolektif ketika diberlakukan.

Jika PSBB ini diberlakukan saat menjelang akhir tahun dan di awal tahun, proyeksi bidik menuju cita-cita melawan pandemi secara kolektif bisa terwujud. Pada periode akhir tahun kemarin dan awal tahun, mobilitas warga cukup tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun