Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pastor Milenial dan Marketing Perjumpaan di Era Digital

31 Desember 2020   13:18 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjumpaan virtual menggunakan videocall. Sumber: tipsPintar.com.

Data populasi penduduk dunia sebagian besar dipenuhi societas millenial -- rentang usia 18-35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan domba yang dituntun oleh Gereja adalah domba-domba usia produktif. Ciri utama dari domba millenial ini adalah nomaden dan akrab dengan media sosial. 

Bagi domba-domba millenial ini, definisi kesuksesan adalah sebagai berikut: punya banyak teman di facebook, memiliki banyak followers-subscribers dan likers. Kekayaan dan kemewahan, punya deposit banyak di bank, bukanlah sebuah kesuksesan menurut mereka jika followers, likers, dan subscribers ada di bawah angka 100. Semua atribut ini -- followers, likers, subscribers -- merupakan parameter kesuksesan seseorang di zaman sekarang. Seseorang akan disearch, punya link yang luas justru jika ia mampu mencapai ketentuan atribut-atribut demikian.

Berhadapan dengan fenomena ini, hemat saya, seorang gembala sebaiknya perlu mencermati dinamika penggembalaan dan proses berpastoral ala millenial. Slogan yang dibangun perlu mengfollback dinamika societas millenial, yakni instagramable, spotable, banjir followers, dan gandrung likers. 

Salah satu caranya adalah dengan mengubah penampilan. Mengubah penampilan dalam hal ini tidak berarti seorang gembala harus fashionable, tetapi hemat saya lebih pada upaya penyeimbangan aspek spiritual dan lahiriah. 

Penekanan ini beralasan, karena di tengah kemajuan zaman dan banyaknya tawaran, kadang seorang gembala merasa cuek dengan penampilan lahiriah, seperti pentingnya kesehatan fisik. 

Kita bisa menakar ada begitu banyak gembala yang "kehilangan stamina berpastoral-bermisi" di usia produktif. Hal ini biasanya dipicu oleh ketidakseimbangan pola hidup, makan, olahraga, istirahat, dll. Kualitas gembala yang demikian -- kehilangan stamina -- membuat domba millenial pesimis, khawatir, dan enggan untuk berdinamika bersama.

Secara gamblang, kita bisa mengatakan bahwa ciri khas domba millenial adalah semangat-gembira. Karakter ini hanya bisa dicapai jika ada gembala yang menganimator dan mengompori mereka para domba millenial. Dan dalam hal ini, tuntutannya jelas, sang gembala juga perlu bersemangat. 

Upaya menakar stok semangat dalam diri seorang gembala adalah dari kualitas penampilannya, yakni kesehatan fisik, cara berpakaian, apik, santun, bijak, tegas, bertanggung jawab, dan timely. Kualitas-kualitas ini membuat seorang gembala menjadi millenialable atau setidaknya dalam bahasa societas millenial seorang gembala yang instagramable. 

Dengan mengubah penampilannya seorang gembala senantiasa disearch, diendorse di berbagai tempat, dipanggil ke mana-mana jika sebelumnya susah menemukan domba-domba, dan recomendidable. Hemat saya, kualitas-kualitas demikian perlu dihidupi oleh seorang gembala di zaman sekarang.

Penampilan sebagai marketing perjumpaan pada dasarnya membuat seseorang -- khususnya dalam konteks pastoral-misi seorang gembala -- menjadi linkable dan recomendidable. 

Semua prospek ini, lahir, tumbuh, dan berkembang jika seorang gembala selalu memperhatikan keseimbangan kualitas rohani dan lahiriah dalam diri. Kita tidak bisa bermisi hanya menggunakan roda spiritual, akan tetapi kita juga perlu mengencangkan "ban serep" kualitas fisik sebagai tumpuan dan sebagai marketing perjumpaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun