Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pastor Milenial dan Marketing Perjumpaan di Era Digital

31 Desember 2020   13:18 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar bisnis online biasanya membaca minat konsumen melalui kualitas penampilan. Selain pasar bisnis online, bisnis real pun juga melalukan hal yang sama. 

Di berbagai pusat perbelanjaan, seorang pembeli jatuh hati pada barang belanjaannya karena kualitas luar atau penampilan. Seorang pembeli bisa saja membeli sebuah barang bukan karena ia benar-benar membutuhkannya, tetapi karena barang yang dilihat menarik. 

Parameternya pun diubah: semakin menarik kualitas barang yang dipajang, semakin banyak pembeli yang berminat. Bahkan di beberapa tempat, di Jogja misalnya, orang justru suka mencari tempat makan, ngopi, meeting, karena penataan tempat yang menarik. Nilai jual penampilan, dengan kata lain membuka ruang perjumpaan dan menarik orang untuk berkenalan atau membangun relasi.

Transaksi pengelihatan yang bermula dari ketertarikan pada penampilan merupakan ritus marketing perjumpaan di zaman sekarang. Hal ini tentunya mau menununjukkan bahwa unsur penampilan menjadi syarat utama dari sebuah perjumpaan. 

Di zaman keemasan teknologi -- dimana internet hadir menjembatani sekaligus menjawab hampir seluruh kebutuhan manusia -- orang menempatkan perjumpaan sebagai sesuatu yang urgent. Internet seakan-akan menciptakan sebuah kebutuhan baru bagi manusia, yakni kebutuhan untuk mencari dan menjumpai. 

Akan tetapi, karakter utama dari sebuah perjumpaan adalah soal penampilan. Saya tertarik sama si A atau si B, bukan karena hal-hal esensial yang melekat pada dirinya, tetapi pertama-tama karena penampilannya mengusik keberadaan saya. Saya seakan-akan dipaksa untuk melakukan sesuatu, misalkan menglike atau memberikan komentar atas pribadinya. Dari kegiatan ngelike dan koment, relasi dibuka dan perjumpaan menunggu ruang dan waktu 'tuk dimulai.

Dunia internet mendorong orang untuk membuka jaringan (network). Tuntutan ini sejatinya memberi sebuah ruang terbuka bagi siapa saja untuk menjalin relasi. Jika saya hanya membangun relasi pertemanan atau memfollow hanya sebagian dari warga net, saya akan mengalami kemandekan dalam berelasi. Jangkauan saya akan menjadi terbatas. Orang-orang yang melihat karya-karya besar saya akhirnya adalah orang-orang yang hanya berteman atau yang menjadi followers saya. 

Oleh karena itu, penting menakar kualitas penampilan dalam marketing perjumpaan. Pasar daring dan luring biasanya selalu bermain dengan perasaan. Maka, kualitas penampilan sekali lagi perlu dijaga. Lalu, pertanyaannya adalah "Bagaimana kualitas penampilan ini dicover biar bertahan?" 

Di instagram dan facebook, banyak orang yang dipilih atau direkomendasikan untuk endorse atau jadi duta pemasaran barang-barang tertentu. Tindakan ini dilakukan karena pertama-tama, orang menakar kualitas penampilan. Aspek-aspek yang disasar adalah penampilan fisik, sikap, intelek, spiritual, tata krama, dll. Bahkan ada orang yang mengakatan bahwa kepribadian Anda juga dinilai dari kualitas Anda dalam menggunakan media sosial.

Semua fenomena yang diperlihatkan dunia daring ini bisa membantu seseorang dalam berpastoral. Menariknya, penampilan di zaman sekarang juga ikut mengorbit kemajuan proses berpastoral seorang gembala umat. Bagaimana seorang calon gembala umat melihat fenomena ini? Maukah seorang gembala umat mengubah penampilannya demi pertumbuhan dan perkembangan hidup domba-domba?

Gembala yang Millenialable

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun