Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaleidoskop 2020: Belajar Apa?

30 Desember 2020   10:27 Diperbarui: 30 Desember 2020   10:31 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjalanan tahun 2020. Sumber: FierceHealthcare.com.

Setiap hari, warga di dunia hanya disuguhi menu grafik perkembangan penyebaran Covid-19. Pasien positif naik, pasien sembuh naik, dan pasien meninggal berjumlah demikian. Hari-hari, kita mencicipi angka positif, sembuh, dan mati. Itulah yang terjadi selama rentang Maret menuju Juni.

Akan tetapi, pada bulan Juni, para akademisi mulai optimis dengan berbagai jenis analisis dan hasil riset. Katanya, pandemi ini akan pelan-pelan melandai pada periode Agustus 2020. Pada bulan Oktober, semua warga akan kembali ke situasi normal. Banyak orang menaruh harapan besar dari berbagai jenis riset ini. Benarkah? Alih-alih membuat dunia kembali normal, yang muncul justru istilah "new normal" -- sebuah tatanan kehidupan baru dengan tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Prediksi meleset. Kita tetap dikurung pandemi Covid-19.

Pada bulan Juni pandemi Covid-19 menyerang negara Italia, Amerika Serikat, Brazil, dan Spanyol secara brutal. Angka pasien positif dan angka pasien meninggal melonjak drastis. Informasi seputar Italia menjadi trending topic untuk beberapa pekan. Semua informasi ini membuat kita semakin pesimis terkait cita-cita hidup normal bebas Covid-19. 

Sementara kurva pasien Covid-19 meningkat, dunia dihebohkan dengan polemik rasis di Amerika Serikat. Pria berkulit hitam Afro-Amerika, George Floyd meninggal karena ulah polisi kulit putih. Polemik ini menimbulkan getaran kepedualian di seluruh Amerika dan dunia. Demostrasi besar-besaran pun terjadi di Amerika Serikat menuntut keadilan atas warga kulit hitam.

Dari Juni ke Agustus, menjadi spasi yang cukup tenang. Berbagai kebijakan PSBB mulai dilonggarkan. Beberapa pusat perbelanjaan mulai dibuka. Orang mulai berhamburan keluar rumah. Tatanan baru bernama "new normal" membuat warga dunia sedikit senang. Lini transportasi mulai dibuka kembali. 

Mobilisasi warga mulai meningkat. Akan tetapi, pada bulan September 2020 polemik baru muncul, yakni kehadiran aliansi baru di dalam tubuh NKRI. Sebuah gerakan bertajuk Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bentukan Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo menghentak bangsa Indonesia. Untuk apa koalisi ini dibuat? Gerakan KAMI ini membuat orang was-was dan curiga dengan isu persatuan dan kesatuan di Indonesia.

Belum selesai dengan kehadiran KAMI, Indonesia dilanda pandemi kerumunan. Pada Oktober 2020, banyak buruh dan mahasiswa turun ke jalan untuk menolak pengesahan UU Cipta Lapangan Kerja (Omnibus Law). Potret demostrasi kala itu bak tak ada beban. Semua orang berama-ramai turun ke jalan untuk ikut berdemonstrasi menentang pemerintah. Problem menjadi heboh karena terjadi di saat dimana dunia dan Indonesia sendiri tengah tertatih-tatih menangani pandemi Covid-19. Kala itu, petugas medis bungkam. Tak ada yang bisa mengendalikan kerumunana massa kecuali para penunggang dan provoktator perusak negeri. Oktober menjadi waktu menguji kewarasan dan kecerdasan kita sebagai sebuah bangsa yang  cerdas, bersatu, dan maju.

Ujung Oktober 2020 rupanya lebih runcing. Di Prancis, kontroversi karikatur Nabi Muhammad mendulang perhatian dunia. Dari perang personal, tiba-tiba isu ini mengglobal. Di mana-mana Prancis dihina. Beberapa produk Prancis diboikot di beberapa negara terutama negara mayoritas Muslim, seperti Indonesia. Dari tajuk Charli Hebdo, polemik isu agamis masuk ke ruang-ruaang politik dan ekonomi.  

Pindah ke bulan November 2020, berita kepulangan Muhammad Rizieq Syihab menjadi polemik nasional. Mulai awal November, Habib Rizieq menjadi trending topic di media sosial. Massa berbaju putih meneriakkan "Takbir Allahuakbar" sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap si cucu Rasullulah. 

Alhasil, pada 11 November 2020 Bandara Soekarno-Hatta banjir manusia berbaju putih. Kerumunan tak lagi dihiraukan. Apa yang penting adalah membuat kericuhan. Sang pencetus revolusi akhlak hadir dijemput massa membeludak. Ini juga menjadi ujian bagi kita sebagai seorang warga negara yang cerdas dan bijak. Secara global, dunia juga dikejutkan dengan berita kemenangan Joe Biden atas penantangnya Donald Trump. Berita kemenangan Biden menjadi angin segar bagi situasi politik-ekonomi global, tak terkecuali Indonesia.

Polemik rupanya tak berakhir. Di bulan terakhir tahun 2020, beragam persoalan tetap mengular dan siap mengantri hingga detik-detik terakhir pelayaran. Ada kasus korupsi, ada video viral, ada pilkada, ada sengketa pilkada, ada penangkapan, ada aksi baku-tembak, ada FPI, ada pergantian menteri dan polemik salam Natal. Semuanya ini menghiasi tubuh Desember. Meski hampir di pengujung 2020, ruang gerak dunia dan nasional tetap gaduh. Tahun 2020 dengan demikian tetap menjadi tahun polemik dari awal diinstal hingga waktu expired. Hampir semua waktu diisi dengan polemik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun