Belum selesai polemik UU Cipta Kerja, Jokowi dibuat tak nyaman dengan kehadiran Sang Habib Muhammad Rizieq Syihab. Dan, hal yang paling membuatnya malu tidak lain adalah ulah duo menteri yang dijaring KPK. Fenomena ini membuat Jokowi menyusun strategi dan melakukan transformasi. Lagi-lagi harus dalam koridor akselerasi. Harapannya, keenam menteri, terutama mereka yang memiliki pengaruh ekstra mampu memberi kenyamanan pada atmosfer bangsa ini.
Jika semuanya diambil dari ruang publik, apa yang tersisa? Prospek besarnya adalah rasa aman-tenteram. Rasa tenang. Rasa damai. Rasa persaudaraan. Rasa solidaritas. Rasa persatuan. Inilah litani harapan yang dibidik Jokowi dari penjaringan keenam menteri. Dengan kehadiran keenam menteri baru ini, stamina Kabinet Indonesia Maju dan harapannya menuju cita-cita negara maju dapat terwujud dari sekarang.
Akselerasi biasanya bisa berjalan dengan baik jika tak banyak hambatan di jalan. Seperti sebuah kereta api cepat, akselerasi kebijakan harus diluncurkan di atas rel yang aman tanpa hambatan. Untuk membuat rel kereta api bebas hambatan, diperlukan keseimbangan besi-besi jarak antar-rel. Jokowi tahu, besi penyeimbang rel menuju Indonesia Maju masih ada di ruang publik. Untuk itu, mereka perlu ditarik masuk agar kekuatan semakin solid dan diharapkan mampu membasmi berbagai hambatan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H