Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Katakan Padaku Kenapa Bayi Dibuat?

12 Desember 2020   10:41 Diperbarui: 12 Desember 2020   10:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan Bayi. Sumber: The Conversation.

Tokoh Anna mempertanyakan hal ini secara kritis. Soal bagaimana anak dibuat, hal ini tentunya biasa. Akan tetapi, pertanyaan soal kenapa anak dibuat, lantas kita arahkan ke kedua orangtua. Kita paham, saban hari mereka pernah berencana usai menikah. Mereka punya komitmen. Mereka punya mimpi dan harapan. Tapi, aku yang dibaptis dengan nama Anna atau siapapu, sejatinya untuk apa? Apakah untuk memperbaiki yang sudah ada? Ataukah karena kecelakaan? Atau mungkin karena mereka setengah sadar usai mencicipi anggur semalam?

Ketika aku kecil, misteri terbesar bagiku, bukanlah bagaimana bayi dibuat, tapi kenapa. Aku memahami tata cara teknisnya. Dari sumber pengetahuan, dari buku, dari cerita kakaku, dari cerita sahabatku yang sudah menikah dan punya anak, dan kadang dari imajinasiku. Aku jadi benar-benar memahaminya. Anak dibuat dengan cara demikian. Soal ini, aku tak terlalu berkomentar. Aku justru dipesulit dengan pertanyaan kenapa. Tepatnya, kenapa bayi dibuat. Tanyakan pada kedua orangtuamu!

Anak-anak seusiaku memang getol dan belum puas dengan jawaban soal bagaimana bayi dibuat. Mereka bolak-balik membuka kamus. Mereka sibuk mencari kata penis dan vagina dalam kamus -- karena memang kata-kata ini dekat dengan hal teknis bayi dibuat. Dan, tentunya, kata-kata ini tidak terlalu memadai untuk menjelaskan bagaimana bayi bisa dibuat. Dari orangtua, tidak semua pertanyaan ini dijawab secara pasti dan serius. Karena gagal menjelaskan, anak-anak lalu menemukan sendiri. Mereka menemukan bahwa bayi dibuat karena cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Setelah itu, silahkan dibuktikan sendiri.

Sampai di situ, kiranya jelas. Padahal tidak. Itu tidak cukup. Semakin diskemakan dalam simbol-simbol tertentu, semakin lebar rasa penasaran anak-anak seusiaku. Dan, ketika semuanya diketahui, betapa mereka menaruh jarak dari sana. Ada beban yang harus dipikul. Ada ini-itu. Pokoknya ribet. Semuanya tak segampang bayi itu dibuat. Lebih daripada itu sebetulnya: soal kenapa bayi dibuat? Kenapa?

Kuberitahu ya, jika ada alien mendarat di bumi ini hari ini dan melihat dengan baik kenapa bayi dilahirkan, mereka akan menyimpulkan bahwa kebanyakan orang memiliki anak karena kecelakaan, karena mereka minum alkohol dan anggur terlalu banyak pada malam-malam tertentu, atau karena alat kontrasepsi tidak terlalu berfungsi dengan baik. Alasan-alasan lain, bisa saja mengantri untuk dijelaskan. Alasan-alasan ini tentunya 'tak terlalu baik untuk dibanggakan.

Anak pertama-tama lahir karena rencana. Jika kedua makhluk berjenis kelamin berbeda itu tak memiliki rencana, mereka mungkin bisa memendam hasrat untuk memiliki anak. Dari rencana itu, mereka membingkainya dalam tali cinta. Bayi pun dibuat dalam kerangka cinta antara seorang perempuan dan seorang laki-laki. Bayi lahir, karena cinta keduanya tak mungkin dipertahankan atas nama cinta semata. Anaklah atau bayi-lah bukti nyata dari seribu macam sembelit cinta antarkeduanya. Saya pikir cukup.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun