Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anak Muda Katolik: Kami Bukan Generasi Anti Realitas

8 Desember 2020   09:12 Diperbarui: 8 Desember 2020   09:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterlibatan dalam sirkulasi kegiatan sosial, juga sangat terbantu dengan kehadiran AMC. Kegiatan bakti sosial (bakso), pembangunan Gereja, proses penyeberangan materi rohani dan fisik menjadi semakin lancar, serta menjadi mentor dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial lainnya. 

Campur tangan AMC di Paroki St. Marianus Pu'urere Ende adalah kontribusi besar bagi petumbuhan dan perkembangan iman generasi Gereja. Pada tahun kemarin, AMC Ende menyumbang dua utusannya untuk terlibat dalam kegiatan Asian Youth Day di Manila-Filipina. Kontingen Indonesia di bawah payung Claretian menyumbang puluhan AMC dari berbagai paroki Claretian di Indonesia. Kerasulan kaum muda di zaman kemenangan teknologi adalah sebuah peluang sekaligus tantangan. 

Dua sisi ini, gamblang terlihat dari bagaimana fungsi infrastruktur teknologi digunakan secara proporsional. Di satu sisi, teknologi dilihat sebagai sarana (peluang) testimoni oase rohani dan pertumbuhan iman, dan di sisi lain, teknologi menjadi semacam monster yang siap melahap (baca: memperbudak) para penggunanya. 

Perang ayat di media sosial menunjukkan betapa dua sisi kehadiran alat-alat teknologi beroperasi. Tindakan merajam sesama di dunia maya adalah model penghakiman zaman purba yang diputar ulang dalam kemasan yang baru. Di sinilah kaum muda, kadangkala cepat berubah wujud: menjadi haters atau lovers?

Untuk menyiasati kecenderungan jatuh pada pribadi seorang haters khususnya, kami berusaha membuka sebuah sesi Claretian Tonight Talk Show dengan tema umum "Etika". Dalam dinamikanya, kebanyakan AMC menyoroti aspek etika komunikasi terutama berhadapan dengan warga digital. 

Dalam kemasan talk show, AMC menyingung soal fenomena ketiadaan koneksi warga digital (kebanyakan anak muda) dengan realitas yang berakibat pada kesepian dan bunuh diri. Banyak anak muda sekarang yang cepat frustrasi dan akhirnya lari pada narkoba, miras, rokok, sex bebas dan kenikmatan semu lainnya yang sengaja diciptakan untuk merusak masa depan mereka. 

Selain berbicara mengenai etika komunikasi di era digital, para peserta live in juga menyinggung tentang etika lingkungan -- bagaimana membangun relasi atas dasar cinta antara manusia dan alam. Banyak fenomena janggal yang memburu kehidupan orang zaman sekarang. Sense of belonging, sense of love dan common sense atas alam ciptaan tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang urgent dalam membangun koneksi. 

Pencemaran lingkungan dengan ditandai melempemnya peradaban, membuat kebanyakkan orang -- khususnya kaum muda -- bersikap apatis dan cuek terhadap alam. Puntung rokok, plastik sisa makanan dibuang sesuka hati di pinggir jalan. Gaya hidup seperti ini terbawa dari pola hidup digital yang suka membuang kata-kata hampa di berbagai medsos. 

Maka, solusi konkretnya adalah setiap orang wajib memiliki satu semangat berkoneksi dengan alam melalui pola hidup sehat. Hal sederhana, berhenti merokok, adalah investasi dan contoh konkret kecintaan kita pada alam sekitar. Keterlibatan dalam kegiatan sosial juga menjadi pendogkrak semangat menanamkan kecintaan pada alam sekitar. 

Pohon keluarga adalah investasi. Oleh karena itu, semuanya harus dimulai dari tunas muda. AMC Paroki Pu'urere Ende sudah memulai kegiatan ini. Dengan membonceng rumah pendidikan Universitas Flores (UNFLOR) mereka membuka leher botol ketertutupan yang memblokir koneksi antara Gereja dan dunia, serta Gereja dan alam sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun