"Hari sudah jauh malam. Sebab itu, marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang. Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari. Jangan dalam pesta pora dan kemabukan. Jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, dan juga jangan dalam perselisihan dan iri hati!"
St. Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Roma, berusaha untuk mengingatkan kita semua mengenai nasihat untuk selalu berjaga-jaga. Nasihat ini lahir dari suatu permenungan mendalam dimana Paulus sendiri telah mengalaminya sendiri ketika dalam perjalanan ke Damsyik. Konon, dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus dicegat Yesus sendiri. Paulus memahami (post reflection), bahwa kala itu, ia kurang berjaga-jaga dalam proses mencari dan menemukan Tuhan. Maka, ketika ia dicegat secara tiba-tiba, ia tak mampu bereaksi, selain tersungkur di hadapan Tuhan.
Nasihat untuk berjaga-jaga menjadi peringatan yang akan selalu disuarakan selama empat pekan Adven menuju Natal nanti. Hari ini, Yesus menggabarkan situasi berjaga-jaga itu, laiknya relasi seorang tuan dan hamba. Seorang tuan akan mempercayakan seisi rumahnya kepada hamba-hambanya, ketika ia berpergian. Dan, ketika ia pulang, ia mengharapkan hamba-hambanya selalu sigap untuk berjaga-jaga. Dalam hal ini, si tuan tak hanya mengajari hamba-hambanya mengenai ketaatan pada tuannya, tetapi juga soal kestiaan dan kedisiplinan hidup.
Tamu yang datang, bisa saja tuannya sendiri. Jika yang datang adalah tuannya sendiri, hamba-hamba itu tidak terlalu merasa melakukan kerja ekstra. Akan tetapi, Yesus menggarisbawahi tiga dimensi waktu yang sangat krusial, urgen, dan rawan dalam hidup. "Kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang: menjelang malam, tengah malam-larut malam, atau pagi-pagi buta" (Mrk 13:35). Pesan ini penting, mengingat tiga momen ini sungguh menjadi celah dimana segala "perbuatan gelap," seperti yang dikemukakan Paulus bisa saja terjadi.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, waktu menjelang malam, tengah malam, dan pagi-pagi buta sungguh digandrungi orang-orang jahat. Menjelang malam orang bisa saja melancarkan serangan atau tindakan-tindakan jahat kepada kita. Apalagi larut malam. Saat larut malam, ketika kita lengah karena lelap dalam tidur, di situlah orang-orang akan menghabisi kita dan segala harta-benda kita dengan mudah. Dan, lagi-lagi, jangan lupa pula, saat pagi-pagi buta. Waktu pagi, kadang membuat orang lumpuh dari serangan apapun, karena tak sigap dan siap-sedia.
Oleh karena itu, Paulus mengingatkan kita sekali lagi, bahwa saatnya telah tiba bagi kita semua untuk bangun dari tidur. Sebab, sekarang, keselamatan sudah lebih dekat bagi kita, daripada waktu kita menjadi percaya (Rom 13:11). Malam saat tidur, semua stamina kita dialihkan ke alam bawah sadar. Malam hari menuju pagi, kita lelap, lumpuh dalam raga, dan gelap dalam pikiran. Maka, sebaiknya, bangunlah. Persiapkan diri kalian untuk menyambut Tuhan, tuan atau tamu dalam rupa apapun. Inilah pesan yang disampaikan ketiga bacaan hari Minggu I Masa Adven ini.
Selain pandemi virus corona, kita juga diharapkan untuk siaga dan sigap dalam menyambut tamu-tamu lain yang akan menawarkan janji-janji menuju even besar di bulan Desember nanti, yakni Pilkada 9 Desember 2020. Biasanya, gelagat penawaran jenis ini, muncul saat menuju malam, tengah malam, dan bahkan biasanya pagi-pagi buta. Saudara-saudara ingat dengan baik dengan istilah "serangan fajar." Untuk itu, tetap siaga di masa penantian ini. Kita tidak tahu pasti, kapan pencuri itu datang. Akan tetapi, Yesus mengingatkan tiga dimensi waktu yang paling urgen, rentan, dan rawan untuk terus kita siasaati, yakni saat menjelang malam, tengah malam, dan pagi-pagi-pagi buta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H