Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Untuk Apa Edhy Prabowo di Pusaran Kabinet Indonesia Maju?

26 November 2020   15:10 Diperbarui: 26 November 2020   15:11 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tragisnya lagi, uang gelap itu lalu digunakan untuk belanja barang mewah di Honolulu AS pada 21-23 November 2020. Total uang yang digunakan untuk belanja dalam waktu tiga hari senilai Rp 750 juta. Rakyat belanja kebutuhan sehari-hari di masa pandemi ini susahnya minta ampun. Mau beli beras aja harus nunggu bantuan pemerintah. Usaha anjlok. Pekerjaan lenyap. Biaya pendidikan membengkak karena harus pakai data. Wong dipikirkan toh Pak?

Terus, apa yang dibeli? Beli kemewahan. Yang dibeli justru status, keinginan, dan jarak sosial. Ada jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, baju Old Navy, dan sebuah sepeda. Ya ampun, ini sudah keterlaluan. Di manakah hati nurani kalian ketika semua warga negeri ini berteriak minat makan? Bukankah barang-barang belanjaan itu membentuk jarak menganga di antara kita sesama warga negara?

Saya bergumam, kita kadang naik jadi menteri hanya untuk mengumpulkan kekayaan, mengoleksi kemewahan, memperkaya kerabat, memenuhi hasrat dan nafsu, serta membentengi diri dari relasi bersama. Tak ada gunanya revolusi mental. Tak ada gunanya rapat terbatas di Istana Kepresidenan setiap bulan. Tak ada gunanya ngangguk-ngangguk saat Jokowi mengingatkan. Pak Jokowi, tolong jangan pinjam tangan KPK buat jewer menteri-menteri yang nakal. Pak Jokowi saja yang jewer telinga mereka. Biar yang lainnya bisa sadar.

Saya kasian dengan Pak Jokowi yang hiruk-pikuk cari solusi buat benahin negara. Ketika Jokowi mengingatkan, banyak dari para menteri yang sibuk mencatat, membuat peta skema kebijakan di buku catatan harian, lalu terima upah. Jokowi tak tahu isi hati para menteri. Jokowi tak tahu catatan kecil dan coretan-coretan kecil para menteri saat rapat kerja. Padahal, coretan-coretan itu tak jauh dari peta proyek konvensional warisan rezim Orde Baru. Di dalamnya, ada ketamakan, haus kuasa, dan selir mafia. Sungguh menyakitkan perilaku orang-orang kepercayaan bangsa ini.

Agresivitas langkah KPK tentunya patut diberi apresiasi. Negeri ini butuh kalian. Tolong jangan main-main dengan mafia dan koruptor. Negeri ini butuh institusi khusus memerangi perilaku-perilaku jahat-nakal-bobrok-tak etis dari pemangku kepentingan di negara ini. Jika tidak, slogan Indonesia Maju itu hanya berhenti di atas kertas. Jokowi perlu membuktikan bahwa spirit Indonesia Maju itu tengah dan terus dihidupkan. Dan, yang paling penting, spirit ini perlu dimulai dari lingkaran dalam kepresidenan. Pak Jokowi, tolong awasi juga mereka yang lain!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun