Dualisme jiwa dan badan yang dianut oleh Descartes memengaruhi secara mendalam baik sifat maupun ilmu pengetahuan modern. Penafsiran yang diberikan oleh ilmu-ilmu positif memisahkan dengan tegas dua wilayah, yakni wilayah kesadaran dan wilayah materi.Â
Kedua wilayah itu, misalnya, dalam dua disiplin ilmu psikolog yang mengkhususkan diri pada wilayah kesadaran manusiawi dan fisiologi yang menghususkan diri pada wilayah proses-proses material atau badan manusia.
Keduanya memahami manusia dari luar sebagai kesadaran yang menonton dan bukan sebagai kesadaran yang terlibat dan dihayati. Penafsiran objek semacam itu, mempertahankan pemahaman diri manusia sebagai keretakkan jiwa-badan yang sudah lama berlangsung dalam tradisi pemikiran atau bahkan memperbesar keretakan itu karena semakin dijauhkan dari penghayatan dengan pendekatan positivistisnya.Â
Merleau-Ponty merasa yakin telah mengatasi masalah dualisme ini. menurutnya, kesatuan jiwa-badan dapat dipahamai melalui konsep persepsi. Â Persepsi bukanlah semacam "pencatatan" data penginderaan yang berasal dari luar badan dan kemudian diterima secara pasif oleh badan manusia. pendapat semacam ini dianut oleh aliran empirisme.Â
Persepsi juga bukanlah sebuah kegiatan kesadaran murni yang terjadi dalam mekanisme badan manusia sehingga selalu mengatasi dunia. Pendapat terakhir ini, dianut oleh aliran intelektualisme.Â
Dalam kedua pemahaman objektif itu, tubuh manusia dipahami sebagai objek atau dalam istilah Skolastis, partes extra partes (keluasan yang terletak di antara keluasan-keluasan yang lain).Â
Menurut Melaeau-Ponty, persepsi merupakan suatu intensi dari seluruh adanya manusia, yaitu suatu cara mengada yang terletak dalam dunia pra-objektif yang disebut etre-au-monde (berada-dalam-dunia).Â
Persepsi bukanlah suatu batas tempat badan berkontak dengan dunia luar, atau jiwa berkontak dengan badan, melainkan justru menunjukkan bahwa manusia itu mendunia.Â
Konsep persepsi yang merupakan titik kritis untuk memahami pertautan jiwa-badan oleh pemikiran yang objektif justru dipahami dengan meletakkan kesatuan itu.Â
Akibatnya, pemikiran pemikiran objektif memahami tubuh sebagai tubuh-objek atau badan. Dengan memahami persepsi sebagai intensi dari seluruh cara mengada kita di dunia ini, tubuh manusia dapat dipahami sebagai tubuh subjek dan bukan badan.
Tubuh adalah badan yang kuhayati dan badan adalah tubuh, sejauh aku mengambil jarak terhadapnya atau menontonnya sebagai objek. Menubuh adalah cara mengada manusia di dunia ini, karena ia ada sebagai tubuh, yaitu adalah tubuh.Â
Sebelum disadari sebagai objek, yang dikonseptualisasikan sebagai problematika fisiologis, yaitu sebagai segumpul daging, sebenarnya tubuh milikku merupakan suatu matra dari eksistensi-ku sendiri.Â
Tubuh milikku itu, kuhayati dan menyebabkan aku mendunia. Tubuh adalah cara mengada manusia. tubuhku mengekspresikan aku, tetapi juga sebaliknya, tubuhku itu kuekspresikan. Tubuhku adalah subjek, karena melalui tubuh aku memberi makna pada objek-objek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H