Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Digital Library: Infrastruktur Belajar Saat Pandemi

10 November 2020   20:23 Diperbarui: 10 November 2020   20:42 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Ada beberapa kejahatan yang lebih buruk daripada membakar buku. Salah satunya adalah kebiasaan untuk tidak membaca," Joseph Brodsky -seorang pengarang asal Rusia.

Dampak pandemi Covid-19 hingga saat ini hampir menyentuh semua lini kehidupan. Berawal dari portal kesehatan, Covid-19, kini ikut memengaruhi dinamika dunia pendidikan. Terhitung Maret 2020, hampir semua institusi pendidikan sudah memberlakukan sistem belajar berbasis online. 

Tak ada tatap muka di kelas. Semua peserta didik diwajibkan belajar dari rumah dengan fasilitas gadget. Dalam proses sistem belajar online ini, perpustakaan digital (digital library) hadir menjembatani persalinan pengetahuan. Hemat saya, digital library menjadi infrastruktur belajar yang baik saat pandemi khususnya ketika dunia pendidikan menerapkan sistem belajar daring.

Evolusi Perpustakaan

Penemuan tulisan-tulisan kuno menunjukkan bahwa artefak pengetahuan pernah ditulis. Tulisan-tulisan kuno sejatinya memperlihatkan sebuah keprihatinan seseorang akan ilmu pengetahuan. Tulisan-tulisan di papyrus dan gulungan-gulungan yang ditemukan di dekat Mesir, tidak lain mau menunjukkan profil dimana pengetahuan mengalami tahap evolusi. 

Tulisan-tulisan yang tadinya berupa teks terpisah (gulungan dan papyrus), kemudian dikelompokkan dan ditempatkan pada sebuah ruangan. Ruangan tempat koleksi buku -- berisi tulisan-tulisan -- lalu diberi nama perpustakaan (Yunani: bibliotheca).

Memasuki era 1960-an, dunia mulai berkenalan dengan teknologi. Kehadiran teknologi diyakini sebagai buah dari transformasi pengetahuan -- yang dikelola melalui interaksi dengan realitas dan tentunya tidak terlepas dari interaksi dengan buku-buku di perpustakaan. Kehadiran teknologi mempermudah sistem kerja manusia. 

Di kanal komunikasi, teknologi membuat yang jauh menjadi dekat. Kemudahan yang ditawarkan teknologi kemudian membuat manusia menjadi semakin kreatif dan inovatif. Infrastruktur paling potensial yang dihasilkan teknologi adalah komputer dan internet. Kedua infrastruktur ini membuat manusia selalu terkoneksi (connected).

Di dunia pendidikan, komputer dan internet membuka cara kerja baru. Pengetahuan menjadi mudah untuk diakses dengan koleksi sumber-sumber yang selalu up to date. Dengan portal World Wide Web (WWW), segala literatur akademis mudah diakses (available) dan selalu tersedia. Perpustakaan hasil kekuatan teknologi, kemudian diberi nama perpustakaan digital. Pada perpustakaan digital, sumber-sumber pengetahuan bisa diakses melalui banyak gateway, seperti bookfi, google book, JSTOR, ebscoo, dll.

Perpustakaan Digital

Di masa pandemi Covid-19, semua sistem pembelajaran dialihkan ke sistem belajar daring. Ketika semua beralih ke virtual learning, kehadiran perpustakaan digital tentunya sangat menjanjikan. Beberapa potential benefits perpustakaan digital sebagai berikut.

Pertama, perpustakaan digital mudah dijinjing (portable). Perpustakaan digital adalah temuan yang sangat menolong aktivitas akademis. Seorang mahasiswa tidak lagi dituntut harus ke perpustakaan tradisional untuk mengakses sumber-sumber. Dengan bantuan internet dan komputer, segala sumber (e-resources) pengetahuan dapat diakses dan disave pada bank data. 

Dengan demikian seorang mahasiswa bisa membangun sebuah perpustakaan pribadi. Perpustakaan ini menyimpan puluhan ribu buku dengan model portable document format (PDF). Perpustakaan digital mudah dijinjing dan digunakan di berbagai tempat.

Kedua, informasi pada perpustakaan digital selalu tersedia.  Hal menarik yang perlu kita ketahui adalah pintu-pintu perpustakaan digital tidak pernah tutup. Penelitian di beberapa universitas di Inggris memperlihatkan bahwa sebagian dari mahasiswa memilih menggunakan perpustakaan digital karena perpustakaan tradisional cepat ditutup. Akses menuju perpustakaan tradisional sangat mahal dan membutuhkan waktu ekstra.

Ketiga, perpustakaan digital mempermudah proses distribusi pengetahuan. Perpustakaan digital menyediakan banyak sumber. Sumber-sumber yang disediakan mengizinkan siapa saja untuk mengakses. Pada perpustakaan tradisional, seseorang mungkin harus menunjukkan kartu perpustakaan atau kartu identitas ketika berkunjung. Sistem pengorganisasian seperti ini -- pengawasan, penerapan tata tertib -- membuat seseorang menjadi tidak bebas.

Keempat, perpustakaan digital mempermudah penyimpanan dokumen. Data-data mengenai sumber bacaan menjadi mudah untuk disimpan. Sistem portable document format (PDF) membantu pengguna untuk menyimpan data dengan baik. Kelima, bentuk-bentuk informasi yang baru menjadi mungkin dalam sistem perpustakaan digital. 

Proses pengelolaan data pengetahuan semakin hari semakin progres. Banyak data riset tidak lagi menggunakan sistem pengolahan manual. Pengolahan data-data hasil riset biasanya dipermudah dengan adanya komputer. Selain membantu pengolahan data riset, sistem digital juga membantu proses kalkulasi matematis dan kelola data satelite.

Keenam, ongkos terjangkau. Biaya untuk membangun sebuah perpustakaan raksasa milik pribadi tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya. Secara finansial, perpustakaan digital sangat mengcover area ekonomi. Dalam waktu satu jam seseorang bisa mengakases puluhan buku, jurnal, opini, makalah dan sumber-sumber bacaan lainnya.

Ketujuh, perpustakan digital menawarkan suatu cara baru dalam membaca teks. Proses penemuan kata-kata kunci (keywords) pada bacaan format PDF dilakukan dengan sangat mudah dan cepat. Seorang pembaca merasa terbantu dalam menemukan gagasan-gagasan pokok sebuah teks dengan alat bantu pencari pada komputer, seperti tools find. Selain mempermudah pencarian kata kunci, berbagai pernyataan penting dengan mudah dihighligh, dibold, diunderline atau diitalic. Proses pembacaan teks, akhirnya bisa berjalan dengan baik dan memudahkan upaya pemahaman dan kegiatan pengutipan teks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun