Perlu sadar. Seseorang memberikan donasi tidak asal-asalan. Hal pertama yang mereka lakuin sebelum memberikan bantuan adalah mencari sasaran bantuan yang diberikan. Tepatnya untuk siapa bantuannya nanti.Â
Lalu, ia mengikuti protokol pemerintah. Cuci tangan. Pakai masker. Selain itu, dokumentasi perbuatan baik juga merupakan unsur transparansi dalam pengelolaan bantuan.Â
Hal ini menjaga kemungkinan ada ulah nakal para operator yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah atau donatur asli. Ini alasan mengapa bantun itu perlu dimonumen dan diabadikan lewat foto atau video.
Tapi, "Sama saja!", kata mereka yang suka gonggong. Tidak suka yang "show off." Kenapa harus dipost? Kenapa harus direkam? Kenapa gak dilakukan secara tersembunyi? Kenapa mereka dan bukan kami? Kenapa gak turun sendiri ke lapangan terus ngasi bantuan ke mereka yang memang membutuhkan, jika memang takut ada ulah operator nakal? Kenapa tangan kiri harus tahu kalau tangan kanan lagi ngasi sedekah? Bukannya jika tangan kanan bersedekah, tangan kiri gak boleh tahu?
Protes. Bangsa ini suka protes. Banyak maunya. Tidak cukup Rp 400-an triliun dikasi sama pemerintah. Masih saja nyinyir. Soal kebaikan jangan dipamer. Hemat saya, ini kelebihan kita, yang sejatinya dilihat sebagai kekurangan besar oleh orang yang sadar.Â
Saya justru melihat anomali di sini. Aneh, lucu, dan memperihatinkan. Anomali memang terlihat. Jika artis A ngomong gak jelas saat live di medsos, semua wargenet pada nonton sampai habis. Gak mau diskip. Pokoknya nonton sampai selesai. Biar gak jelas kegiatan si artis. Acaranya si artis A makan nasi goreng, warganet nonton sampai senyum-senyum sendiri. Trus di bawahnya komen: "Sehat ya mbak atau mas." Bayangin?
Bangsa ini memang suka menularkan hal-hal yang kurang edukatif. Kita memang negara wkwkwkw. Tapi gak harus semua konten dan kegiatan yang dilakukan bernuansa wkwkwkw. Tularkan kebaikan melalui berbagai kanal di media sosial. Itu lebih baik ketimbang hanya mengkritik, nyinyir, dan bangun provokasi sambil rebahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H