Ketika Ahok digadang-gadang menjadi Komisaris Utama PT Pertamina, musuh besar yang perlu dibasmi saat itu adalah transparansi. Ada begitu banyak orang di dalam tubuh Pertamina yang "bermain kucing-kucingan." Banyak mafia, maka perlu bersih-bersih. Oleh karena itu, penempatan orang-orang tertentu, menurut Menteri BUMN Erick Thohir, menjadi salah satu langkah bagaimana merampingkan dan mengembalikan postur Pertamina sesuai dengan visi dan misinya.
Jadi, hemat saya tak cukup menyerang pribadi seseorang di tengah pandemi Covid-19 ini. Presiden Joko Widodo, hemat saya, juga kadang digiring ke "grup ngerumpi-nyinyir" ketika berhadapan dengan upaya penanggulangan wabah Covid-19.Â
Apa yang kita lupa dalam hal ini adalah soal sinergi -- bahu-membahu mencari cara bagaimana mengatasi musuh besar tahun ini, yakni pandemi Covid-19. Periode ini, tahun 2020, adalah periode khusus untuk masing-masing negara untuk berbenah diri. Bukan saling menyalahkan atau sibuk mengkambinghitamkan seseorang.
Ketika negara-negara lain berjuang menemukan vaksin untuk menangkal virus korona, kita justru saling sikut. Kita sejatinya tengah melawan musuh berbahaya dan tak pasti. Berbahaya karena hampir setiap negara kewalahan menghadapinya; tidak pasti karena musuh ini kasat mata dan tak tahu kapan berakhir. Maka, mulailah denga kerja sama dan saling mendukung dalam upaya memerangi pandemi Covid-19 ini. Jika tidak, kita akan dininabobo oleh debat yang tak berujung bukti.
Selanjutnya, kita akan tetap mendengar penjelasan Ahok soal kerugian yang dialami PT Pertamina. Penjelasan langsung dari Ahok tentunya membuka cakrawala kita soal kinerja Perusahaan Pelat Merah itu di tengah pandemi Covid-19.