Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waspada Demokrasi Menuju "Rupiahkrasi"

14 Oktober 2020   06:32 Diperbarui: 14 Oktober 2020   06:43 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya, masa darurat Covid-19 di Indonesia dan Amerika Serikat berbarengan dengan pemilu. Di saat ada kebijakan jaga jarak, banyak calon justru menyambangai jarak. Dalilnya membagi sembako sekaligus "self marketing." Bantuan ini dari kami lengkap dengan stikernya. Dalam situasi ini, demokrasi dimasker jadi rupiahkrasi.

Ketika demokrasi tidak tumbuh efektif, ketimpangan (korupsi, kolusi, dan nepotisme) pun tumbuh subur. Ketika politisi lebih memilih untuk menggunakan uang agar bisa meraih suara atau jabatan, sesungguhnya dia (politisi) sedang tidak percaya pada demokrasi yang melahirkan serta mengajarkannya cara-cara yang lebih mulia.

Mereka yang tidak memperjuangkan demokrasi dengan cara-cara yang mulia -- tidak mengabaikan politik uang dan tidak menghargai privilege rakyat untuk memilih -- seperti para politisi di rumah kita Indonesia, sesungguhnya adalah para penunggang demokrasi yang lebih banyak memikirkan diri sendiri. Merekalah perusak postur demokrasi di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun