Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menanti Suara Para Medis Usai Pandemi Kerumunan dan Aksi Demonstrasi

12 Oktober 2020   11:11 Diperbarui: 12 Oktober 2020   11:15 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang beramai-rami turun ke jalan tanpa beban. Tanpa protokol kesehatan. Masker ditanggalkan, jarak rubuh, dan aksi "saling sentuh" menjadi momen viral diunggah ke media sosial.

Aksi demo dan unjuk rasa menuai banyak komentar. Ada yang mendukung dan ada yang mengutuk-menolak. Bagaimana mungkin di tengah upaya memutuskan rantai penularan Covid-19, kerumunan justru dibiarkan. 

Potret realitas memperlihatkan bahwa kerumunan sebagai salah satu musuh besar bangsa ini selama masa pandemi Covid-19 tak disentuh polemik ketika aksi demo berlangsung. 

Semua orang fokus dengan aksi demo seakan-akan negeri ini sudah selesai dengan urusan virus corona, lalu tidak memerlukan lagi protokol kesehatan. Hemat saya, hal ini merupakan anomali yang dibiarkan tanpa adanya kesadaran dan keseriusan bangsa ini menangani pandemi Covid-19.

Menyaksikan aksi demonstrasi kemarin, saya justru mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah selama masa pandemi ini. Sebagai contoh. Ketika polemik pilkada mengular di berbagai portal media, banyak orang berdebat soal urgensi dan kemendesakan kegiatan ini.

Persoalan pun jatuh pada perdebatan soal keselamatan rakyat dan kesehatan bangsa. Kita tahu bahwa pilkada, dalam proses dan dinamikanya, erat kaitannya dengan kerumunan (kampanye, mengumpulkan massa). 

Untuk itu, demi mencengah munculnya klaster baru penyebaran virus corona, semua dinamika alami dalam pilkada tahun ini dialihkan ke dalam jaringan (daring). Ini strategi dan kebijakan. Arahnya, tak lain, demi keselamatan bangsa ini dari serangan pandemi virus corona.

Sejauh ini, kita sepakat bahwa semua kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa ditertibkan dan 'tak lagi diberi ruang. Alhasil, sekolah dialihkan ke beranda virtual. 

Kerja dialihkan ke dunia daring. Ibadah digeser ke ruang maya. Untuk semuanya ini kita taat. Kita patuh. Kita setuju. Kita 'tak banyak berdebat. Kita tunduk. Kita solider dengan para petugas medis. Kita memberi support untuk mereka dengan menaati protokol kesehatan. 

Lalu bagaimana dengan aksi demo kemarin? Aksi demo jelas-jelas mempertontonkan kerumunan. Apa keunggulan aksi demonstrasi sehingga dibiarkan tanpa upaya penertiban? Apa kemendesakan aksi demonstrasi sehingga aparat negeri ini enggan berbuat sesuatu?

Menanti Suara Medis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun